News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KKI Warsi Catat 16 Konflik SAD Sejak 1999

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO DOKUMEN - Pascabentrok SAD dengan warga Desa Kungkai, Kapolda Jambi, Brigjen Pol Lutfi Lubihanto, Rabu (16/12/2015) kunjungi rumah duka.

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI  -  Konflik Suku Anak Dalam (SAD) dengan masyarakat di desa Kungkai seberang, kecamatan Bangko, kabupaten Merangin belum lama ini sempat membuat heboh warga Jambi.

Menurut KKI Warsi, konflik antara SAD dengan penduduk sekitar bukanlah pertama kali terjadi.

Seperti disampaikan Rudi Syaf, Manajer Komunikasi KKI Warsi Jambi mengatakan, tercatat sejak tahun 1999 hingga 2015 telah terjadi 16 kejadian konflik yang melibatkan Suku Anak Dalam (SAD) dengan masyarakat sekitar.

Konflik berdarah yang cukup parah terjadi pada tahun 2000 lalu yang menewaskan satu keluarga SAD.

"Ini sudah berjalan cukup panjang dari tahun '99 sudah ada 16 kejadian konflik. Dan itu menunjukkan bahwa pergesekan antara masyarakat dengan orang rimba semakin tinggi," kata Rudi, Sabtu (19/12/2015).

Rudi mengatakan, hutan yang selama ini menjadi ruang hidup masyarakat SAD atau orang rimba sudah semakin berkurang.

Lingkungan hutan yang selama ini menjadi sumber penghidupan bagi warga SAD terus berkurang dan berubah menjadi areal perkebunan.

Kondisi ini membuat sulitnya mencari sumber penghidupan di hutan.

Hal ini yang kemudian memaksa warga SAD masuk ke perkebunan warga maupun perusahaan.

Bahkan tak jarang ditemukan orang rimba terpaksa harus mengemis hingga Kota Jambi untuk bertahan hidup.

Pemandangan warga SAD mengemis di jalan hingga kerumah warga sudah tak asing lagi ditemukan di perkotaan, bahkan di Kota Jambi sendiri kerap terlihat warga SAD mengemis di jalan.

"Orang rimba sudah tidak punya wilayah hidup jadi dia masuk kelahan perkebunan masyarakat sehingga berkomplik," kata Rudi.

Faktor paling rentan menjadi pemicu konflik adalah terkait perebutan sumber daya alam.

Rudi mencontohkan, sperti tanaman durian, petai atau buah-buahan yang dulunya masih bisa didapati di hutan.

Namun saat ini hanya dapat ditemukan di areal perkebunan warga.

"Di masyarakat Jambi ada istilah adat, kalau buah-buahan jatuh dari pohon siapa menemukan itu punya dia dan halal. Ini juga berlaku pada orang rimba," kata Rudi Syaf.

Termasuklah kalau buah sawit jatuh ini yang sering di kumpulkan orang rimba.

"Tapi sekarang ini buah sawit yang jatuh ini kan juga sudah ada harganya, ini yang rentan terjadi konflik," sambung Rudi.

Rudi mengatakan hanya ada satu jalan untuk meredam konflik, dengan memberi lahan bagi orang rimba (SAD) sebagai ruang mereka hidup.

"Pilihannya cuma satu, pemerintah harus memberi mereka lahan, mereka diberi ruang hidup. Jadi mereka tidak bergesekan lagi," kata Rudi.

"Terus jangan dibilang seolah orang rimba ini anak kesayangan. Mereka ini paling susah, paling melarat. Mereka dak punya lahan," katanya.

Terkait kepemilikan senjata (kecepek) yang selama ini menjadi alat bagi orang rimba untuk berburu dan mempertahankan diri dari serangan binatang buas di hutan, menurut Rudi perlu ditertibkan.

"Kalau kasus senjata perlu ditertibkan. karena itu berisiko. Bukan berarti dinolkan, perbakin aja boleh kok, yang penting bagai mana prosedur dan tartibnya," kata Rudi.

Secara terpisah, Ketua DPRD Provinsi Jambi, disela publik hearing yang berlangsingvdi kantor DPRD Provinsi Jambi mengatakan, pihaknya akan melakukan peninjauan.

Termasuk perlu adanya perda untuk mencegah gesekan konflik serupa.

"Perlulah nanti kita tinjau kesana dan bisa dirumuskan peraturan daerahnya. Tapi itu nanti," kata Cornelis Buston, Ketua DPRD Provinsi Jambi.

Seperti diketahui, konflik antara warga desa Kungkai Seberang, kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin terlibat konflik dengan orang Rimba beberapa waktu lalu.

Satu orang warga tewas dan satu luka setelah tertembak kecepek milik orang rimba.

Setelah dilakukan mediasi, kedua belah pihak sepakat berdamai. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini