Laporan Wartawan Pos Belitung, Disa Aryandi
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Sebait puisi untuk penyambutan momen Gerhana Matahari Total (GMT) kini telah dilansir oleh seniman Bumi Laskar Pelangi.
'Bumi Tertutup Tudung Saji' (Gerhana Matahari Total), begitulah judul puisi yang memiliki sembilan paragraf tersebut.
Puisi yang dipopulerkan oleh Seniman bernama Diran ini, sengaja dibuat untuk menyambut kehadiran fenomena langka tersebut.
Saat ini, puisi itu hanya dibuat oleh lelaki berjanggut ini secara sederhana di atas kertas putih, dengan tinta hitam.
"Ini sengaja dibuat untuk menyambut GMT. Jadi masyarakat kita atau wisatawan bisa nantinya menikmati GMT, dengan mendengarkan atau membacakan puisi ini," ucap Diran ketika berbincang-bincang dengan Pos Belitung (Tribunnews.com Network), akhir pekan lalu.
Diran membutuhkan waktu satu malam, untuk membuat puisi yang memiliki makna fenomena alam langka ini.
Kini puisi itu, telah diperlihatkannya secara umum dengan cara ditempel di dinding perpustakaan Pasar Pintar Tradisional Berehun.
"Rencana dalam waktu dekat, kami juga akan membuat acara kesenian untuk menyambut GMT itu. Disitu puisi ini akan dibacakan, untuk memaknai kehadiran GMT," ucapnya.
Sepintas, puisi ini memiliki arti sangat dalam tentang kebesaran Ilahi, yang telah memunculkan GMT tersebut.
Melalui GMT ini, seluruh masyarakat secara bersama-sama menyaksikan fenomena yang berselang puluhan tahun itu di suatu daerah. (N3).
Berikut isi puisi GMT berjudul Bumi Tertutup Tudung Saji
"Nyanyian di Jagat Rimba Jaya, Rembulan puluh tahun sekali, Bergumul dengan bumi"
"Bayang-bayang fatamorgana tersingkap, Rembulan cemburu pada poros, Cinta segitiga, Dunia pun tertutup awan kelabu"
"Kau luapkan amarah, Pada alam semesta, Tangan-tangan mu enggan berjabat, Seperti merpati yang sedang terluka"
"Diatas awan badai menumpuk, Gemerlap hitam bergerak, Kembang neraka jahanam""
"Apakah ini musim semi purbakala, Atau akhir zaman,,ooo,,, Rembulan mentari bumi pucat, Bersinar kehitaman"
"Kantongan-kantongan pembakit aura,
Menyan dupa bara cakrawala hampir padam, Mega terselimuti hantu-hantu hitam"
"Gandruwo menyantap sang surya,
Gandruwo menyantap sang surya, Ia membawa kita ke kulembah kolam,
Bulan berpaling bumi tersiksa"
"Ooo... Kau sinar mentari, Teruslah berjalan menghiasi, Bintang-bintang dilangit"
"Segala benda pasti berlalu, Hanya Tuhan yang abadi slalu suci, slalu sendiri, 40 tahun kembali mengusik kemesraan bumi, oh, jaga damai meluas mesra dan kekal, Murnikah cuaca bintang kabur mentari bercahaya kasih,
Tanda-tanda kebesaran Ilahi"