Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWS.COM, SUKARAJA - Hampir sepekan berlalu teror bom di Pos Polisi Sarinah dan kedai kopi Starbucks di Jalan MH Thamrin, tapi trauma masih dirasakan para korban.
Aldi Tardiansyah (17) misalnya, masih mengalamai trauma dan sedikit saja mendengar suara pintu ditutup ia langsung kaget bukan kepalang.
"Dia mendengar suara orang menutup pintu saja langsung kaget," ujar Supandi, kakek Aldi, kepada TribunnewsBogor.com saat ditemui di rumahnya pada Selasa (19/1/2016).
Kondisi cucunya itu masih trauma berat sehingga belum bisa banyak diajak bicara.
Aldi yang tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Cilebut Timur, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyaksikan sendiri bom meledak di Starbucks, tempatnya bekerja sebagai satpam jalan dua minggu.
Saat bom pertama meledak, Adli berada di dalam Starbucks, lalu terpental lebih dari dua meter, pingsan, dan serpihan kaca menancap di tubuhnya.
"Pas ada ledakan di luar Starbucks saya langsung terpental dan terkena serpihan kaca," suara Aldi terpatah-patah saat bercerita saat bom meledak.
Dia tidak bisa mengingat jelas kondisi saat itu dan kini ia masih mengalami gangguan pendengaran sehingga sulit diajak untuk bicara, sementara tangan kirinya belum bisa digerakkan karena terbanting saat itu.
Aldi sempat dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, selama lima hari dan dokter memperbolehkannya pulang pada Senin (18/1/2016) sore tapi tetap harus berobat jalan.
Sang kakek dan keluarga berharap Aldi pulih seperti sebelumnya. "Yang penting cucu saya sehat dulu ajah," harapan Supandi.