TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sami, pria asal Pati, Jawa Tengah, hanya bisa pasrah ketika Pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memutuskan agar eks-anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pulang ke kampung halamannya.
Padahal setengah bulan lagi Sami akan panen padi yang ditanam di lahan seluas 5.000 meter persegi di Desa Sima, Kecamatan Binjai, Kabupaten Sintang.
Sebanyak sembilan kepala keluarga (KK) atau 45 jiwa eks-Gafatar sebelumnya ditampung di Gedung Loka Bina Karya Sintang.
Mereka kemudian diberangkatkan ke Pontianak, Kamis (21/1/2016), untuk selanjutnya menumpang kapal perang TNI AL menuju Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Sami baru empat bulan mengadu nasib di Desa Simba. Namun ia sudah 1,5 tahun hidup di Kota Sintang, kawasan yang berada sekitar delapan jam perjalanan darat dari Pontianak.
"Apa boleh buat, kalau itu sudah kemauan pemerintah. Kami cuma rakyat kecil, nurut saja," ungkapnya.
Selain padi, ia juga menanam ubi dan sayur juga.
"Nggak menyangka bisa begini. Awalnya kami ngumpul saja, sama-sama orang tak mampu," kata Sami yang sebelumya bekerja sebagai tukang bangunan ini.
Dari pendataan terakhir jumlah total warga eks-Gafatar di Sintang yaitu 45 orang, terdiri dari 25 perempuan dan 20 laki-laki.
Proses pemindahan dibantu TNI, Polri, dan Pemkab Sintang.
Barang-barang bawaan warga tersebut diangkut menggunakan mobil milik TNI. Sedangkan warga menumpang satu bus.
Sebelumnya Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sintang sepakat untuk mengirim 9 KK eks-Gafatar ke Pontianak.
Penjabat Bupati Alexius Akim mengatakan, keputusan ini disepakati, atas dasar menjaga kondusifitas daerah.
Akim menegaskan, terkait aset atau harta milik warga yang ditinggalkan, pihaknya menjamin dalam kondisi aman.