News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perkebunan Teh Gambung, Jejak Cinta Tersisa RE Kerkhoven

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peserta jelajah Gamboeng Vooruit berdiskusi tentang buku Sang Juragan Teh karya Hella Haasse terbitan Gramedia Pustaka Utama di PPTK Gambung, Minggu (17/1/2016).

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Machmud Mubarok

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Desir angin seolah berhenti, begitu langkah kaki tiba di sebuah kompleks pemakaman kecil. Pohon-pohon Rasamala (Altingia excelsa) yang jangkung dan rimbun seolah menjadi penjaga, teman dan pelindung yang mengitari tiga makam di bawahnya.

Pohon sebesar sepelukan orang dewasa itu meniupkan kesunyian, nun jauh di kebun teh Gambung, Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di situlah Rudolph Eduard Kerkhoven, perintis dan pembangun perkebunan teh Gambung beristirahat untuk selamanya, menempati makam paling bawah, di tengah adalah makam istrinya, Jenny Elisabeth Henriette Roosegaarde Bisschop atau Jenny Kerkhoven.

Sementara makam paling atas, belum bisa dipastikan milik siapa. Ada yang bilang makam guru pribadi keluarga Kerkhoven, ada pula yang menyebut anak Kerkhoven yang tak sempat menikmati dunia karena Jenny keguguran.

Rudolph Eduard Kerkhoven dan istrinya, Jenny Elisabeth Henriette Roosegaarde Bisschop atau Jenny Kerkhoven. 

RE Kerkhoven adalah bagian keluarga besar Kerkhoven, Bosscha, Holle, sebuah dinasti para juragan perkebunan di Priangan (Preanger Planters).

Ayahnya, RA Kerkhoven, membangun perkebunan teh di Arjasari; Pamannya, Eduard Julius Kerkhoven, pemilik perkebunan di Sinagar, Sukabumi; KAR Bosscha yang datang belakangan, masih terhitung saudaranya, sukses menjadi administratur perkebunan Malabar.

Tak ketinggalan, Karel Frederick Holle, pemilik perkebunan teh Waspada, Garut, masih terikat hubungan keluarga. Perkebunan Panumbangan, Negla, dan Talun juga milik keluarga Kerkhoven.

Mereka semua terhubung oleh sang pendahulu yang pertama kali datang ke Hindia Belanda, Guillermo Jacques van der Hutch atau Willem van der Hutch, untuk membabat alas dan menjadikannya perkebunan kopi atau teh.

Ada peluh, keluh, perjuangan, konflik, dan cinta, sepanjang Kerkhoven mengembangkan perkebunan teh di kaki Gunung Tilu ini. Ia mempertaruhkan segalanya demi cintanya kepada Gambung, kepada tanah Priangan, dan kepada sang istri, Jenny.

Cinta tulus Kerkhoven rupanya tak mampu menaklukkan hasrat terpendam Jenny, yang terbiasa hidup sebagai sosialita Batavia. Terlempar ke dunia sunyi pedalaman Gambung yang tak ubahnya dunia antah berantah.

Ia berupaya mengimbangi kerja keras, semangat, dan kebahagiaan Kerkhoven menggauli tanah dan teh Gambung. Tapi tetap saja, di dasar hatinya Jenny ingin lepas dari kebahagiaan semu itu.

Kehadiran anak-anak yang lucu, Rudolf A Kerkhoven, Eduard Silvester Kerkhoven, Emilius Hubertus Kerkhoven, Karel Felix Kerkhoven, dan Bertha Elisabeth Kerkhoven, tidak juga meredakan kegundahan Jenny pada Batavia yang hingar bingar.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini