TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Perempuan berinisial MN (21), warga Desa Simandraolo, Kecamatan Oou, Kabupaten Nias Selatan, Sumatara Utara menjadi korban praktik trafficking atau penjualan manusia di Batam.
Kepada Tribun Batam (Tribunnews.com Network), Selasa (2/2/2016), MN menceritakan, dia direkrut dari Desa Simandraolo tiga pekan lalu oleh Warman (21) yang mengaku perwakilan PT Tugas Mulia.
Saat di kampung, MN dijanjikan bekerja di restoran ternama dengan gaji yang tinggi.
"Kami dari sana ada empat orang. Kami dijanji akan dikasih kerja di restoran dengan gaji tinggi," cerita MN.
Atas iming-iming Warman, keluarga mengizinkan gadis tersebut terbang ke Batam dari Bandara Binaka Gunungsitoli, Nias.
Namun, sampai di Batam, MN dan tiga rekannya tidak dipekerjakan di restoran melainkan menjadi pembantu rumah tangga dengan tempat yang berbeda-beda.
MN dipekerjakan di Karimun dengan majikan yang tidak dikenalnya sama sekali.
Sementara tiga rekan MN tidak diketahui rimbanya sampai saat ini.
"Saya dikirim ke Balai Karimun. Saya kerja di sana sebagai pembantu rumah tangga. Kalau makan sih dikasih. Tapi kurang-kurang makanannya," sebut MN.
Hal tersebut dibenarkan Fatisokhi N (34), kakak kandung MN yang ikut melihat korban di Batam.
"Iya adik kami malah dikirim ke Tanjungbalai Karimun sebagai pembantu rumah tangga. Parahnya malah awalnya adik kami dijanjikan di Tanjungpinang. Namun tidak benar, dan dikirim ke Tanjungbalai itu," kata Fatisokhi.
Karena tidak betah bekerja sebagai pembantu, MN minta dipulangkan ke kampung halaman.
Namun PT Tugas Mulia tidak memberikan izin dan meminta MN untuk terus bertahan.
Mendengar hal tersebut, MN lantas menghubungi kakaknya, Fatishoki.
Setelah terhubung, Fatishoki lantas meminta adiknya itu untuk pulang ke Batam.
Namun lagi-lagi PT Tugas Mulia tidak memberi izin dan tidak memberikan uang sebagai ongkos pulang karena kontrak belum habis.
Untungnya, MN masih menyimpan uang sebesar Rp 200 ribu yang diberikan keluarganya saat dia hendak pergi ke Batam.
"Ku kira mahal ongkosnya. Ternyata hanya Rp 110 ribu," kata dia.
Berbekal uang itu, MN kemudian pulang ke Batam.
Semasa bekerja di sana MN mengaku tidak mendapatkan kekerasan. Hanya saja, majikannya sempat membatasi kemerdekaannya sebagai pekerja, termasuk makan dibatasi.
"Dan baju saya sempat disimpan sama ibu itu (majikan)," aku MN.
Sementara itu, Fatishoki mengaku sempat kewalahan mencari adiknya itu.
"HP pihak PT Tugas Mulia tak aktif," kata Fatisokhi yang mengaku sengaja datang dari Nias ke Batam hanya untuk menjemput adiknya.
Ketika dikonfirmasi, Warman Waruwu sebagai sponsor yang bekerja di PT Tugas Mulia itu, tak ada banyak berkomentar.
Hanya saja dia mengaku jika dia sengaja merekrut keempat wanita itu untuk dipekerjakan.
"Iya saya kerja di sini. Memang saya yang rekrut. Kalau teman-teman MN yang tiga orang kurang tahu keberadaan mereka," kata dia kepada Tribun Batam.
Sampai Selasa sore, MN dan keluarganya masih di PT Tugas Mulia yang terletak di Perumahan Orchid Park, Batam Center guna meminta pertanggungjawaban atas pemulangan MN ke Nias.
"Kita tunggu niat baik. Kalau tidak ada, maka kami akan laporkan ke polisi," kata Hia, keluarga MN lain yang ikut mendampingi.