Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Welly Hadinata
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Kian tak menentu harga jual karet beberapa tahun terakhir, petani di Desa Payaraman hingga Desa Muara Kuang, Kabupaten Ogan Ilir memilih bercocok tanam.
Mereka sudah mulai kembali berkebun ubi racun, ubi rambat, sayur-sayuran hingga buah nanas.
Petani karet yang bercocok tanam nanas mengaku saat harga jual karet kian merosot tajam, jauh-jauh hari mereka telah mempersiapkan untuk memulai menanam nanas di lahan mereka.
Zulfikar (26) misalnya, memilih menanam buah nanas karena harga jual karet kian tak stabil dan harga per kilogramnya hanya Rp 4.500. Menurut dia menanam nanas lebih menjanjikan.
Petani Desa Muara Kuang itu sudah menanam 25 ribu lebih batang bibit buah nanas dari masa tanam ke masa panen yang memakan waktu lebih dari setahun, tergantung perawatan dan pemupukkan. Jika tanamannya bagus, satu tahun lebih sudah memasuki masa panen atau empat kali panen dalam jangka waktu 2 tahun.
"Saat harga karet merosot tajam dari harga tertinggi senilai Rp 25 ribu per kilogram dan kini hanya Rp 4.500, tentu bertani nanas lebih menjanjikan. Buah nanas dihargai Rp 3 ribu per buah,” ujar Zulfikar, Sabtu (19/2/2016).
Dari sisi perawatan, pria yang akrab disapa Zul mengaku merawat buah nanas tidak begitu sulit dan modal awalnya tidak terlalu besar, apalagi menanam di atas lahan sendiri.
“Perawatannya seperti pupuk dan jenis perawatan lainnya tetap rutin dilakukan, supaya hasil panen menghasilkan nanas yang bagus dan siap dikonsumsi,” terang dia.
Kendala yang dihadapi petani nanas adalah ancaman hewan-hewan liar seperti kera yang sewaktu-waktu muncul dan memakan buah nanas yang siap panen.