Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah peristiwa menarik Nusantara pada Rabu (24/2/2016) siang hingga malam menyita perhatian pembaca di antaranya penemuan ladang ganja di Aceh, wartawan kena tonjok terdakwa kasus pembunuhan di Jawa Timur.
Bahkan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Marwan Jafar, marah-marah di seminar, guru di pelosok Aceh yang kerap didatangi harimau, sampai ular berkeliaran dan membuat geger warga Jalan Anggrek di Semarang. Sementara di Kalimantan pelaku peredaran uang palsu jaringan nasional berhasil diamankan polisi.
6 Hektare Ladang Ganja Dimusnahkan
Berawal dari Aceh, personel Satresnakoba Polres Gayo Lues dibantu sejumlah masyarakat berhasil menghabisi ladang ganja seluas 6 hektare di dua lokasi terpisah di kawasan Akang Siwah, Kecamatan Blangpegayon.
Kasat Narkoba Polres Gayo, Iptu Agam S, kepada Serambinews.com, mengatakan di lokasi pertama ditemukan ladang ganja seluas 4 hektare terdiri 6.000 batang ganja dengan ketinggian 2,5 meter lebih berumur sekitar 4 bulan. Sebagian kecil tamanan sudah mulai dipanen oleh pemiliknya.
Personel Satresnakoba Polres Galus mencabut tanaman ganja kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar bersama pondok pemilik ladang ganja yang ditemukan Polisi di pergunungan Akang Siwah, Blangpegayon, Galus. SERAMBI INDOESIA/RASYIDAN
Sedangkan di lokasi kedua seluas 2 hektare tersebut ditemukan bibit ganja yang ditaman dengan ketinggian 30 sentimeter sebanyak 4.000 batang dan ditemukan 500 gram biji ganja dipondok pemilik kebun itu. Semua temuan tersebut, termasuk pondoknya, langsung dimusnahkan polisi.
Sedangkan 50 batang ganja dibawa ke Mapolres Galus sebagai barang bukti.
Guru Didatangi Harimau
Masih dari Aceh, Erlanda Syahputra (34) memiliki suka duka bekerja sebagai guru di daerah terpencil di Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam, Aceh, sejak 2009.
Lokasi tempatnya mengajar adalah bekas perkampungan eks transmigrasi XX atau dikenal transmigrasi Bhineka Tunggal Ika. Jarak tempat Erlanda mengajar sekira 40 kilometer dari pusat Kota Subulussalam.
ERLANDA SYAHPUTRA, saat mengajar murid Sekolah Dasar (SD) Negeri Darussalam, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam, belum lama ini. SERAMBI INDONESIA/KHALIDIN
SDN Darussalam hanya memiliki 43 murid dengan enam ruang belajar, dan fasilitas yang serba minim seperti tanpa dilengkapi bangunan MCK, perpusakaan dan kantor sementara rumah dinas guru setempat juga masih sangat kumuh karena bertahun-tahun tak direhab.
“Waktu saya pertama kali menginjakkan kaki di Darussalam sambutan hangat penuh harapan dari masyarakat membuat saya terharu," kata Erlanda saat Serambi menyambangi SDN Darussalam, pekan lalu.
Tatapan masyarakat penuh harapan itu seolah agar saya hadir di sini, mendidik anak-anak mereka dan ini membuat saya makin betah di kampung ini.
Erlanda sempat bimbang saat mengajar di daerah terpencil yang dikelilingi gunung dan rimba. Kondisi tak memungkinkan ia protes, termasuk rumah tua yang ia tinggali bocor dan dindingnya rapuh. Di sini listrik belum ada dan suasana gelap gulita.
Wira, Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) jantan koleksi KBS yang baru berada di kandang sementara usai diserahterimakan dari Taman Safari Indonesia, Minggu (27/9). Dengan datangnya Wira, maka jumlah koleksi harimau Sumatera di KBS bertambah, dari berjumlah 9 ekor, sekarang menjadi 10 ekor. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Jangankan televisi, sinyal telepon seluler jadi barang mahal di sana. Warga di tempatnya tinggal sudah berkali-kali merasakan teror harimau yang masuk dan keluar perkampungan untuk mencari mangsa binatang ternak.
Sulitnya hidup di dearah terpencil dirasakan Elanda ketika harus berjalan kaki sejauh belasan kilometer untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok.
”Jika hujan lebat kami tidak bisa belanja atau pas belanja ke Subulussalam tiba-tiba hujan deras terjebak banjir dan lumpur maka harus bermalam di luar,” ungkap guru asal Kutacane ini yang mengeluhkan kurangnya perhatian negara terhadap guru.
Menteri Desa Marah ke Dirut Garuda
Sementara di Yogyakarta, Menteri Desa dan PDT, Marwan Jafar, marah-marah saat memberikan seminar nasional tentang desa di Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. Sikapnya tersebut bukan soal materi seminar melainkan menyinggung Garuda Indonesia.
Maskapai pelat merah Indonesia tersebut membuat Marwan mangkel karena peswat yang ditumpanginya sesuai jadwal berangkat pukul 10.00 WIB namun terlambat. Pesawat baru mengudara dari Jakarta tujuan Yogyakarta pada 11.30 WIB.
Menteri Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal, Marwan Jafar, menjadi pembicara dalam seminar, Peta Desa untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan, di University Club UGM, Yogyakarta, Rabu (24/2/2016). TRIBUN JOGJA/KHAERUR REZA
"Kalau kita ketinggalan dua sampai tiga menit saja sudah ditinggal, tapi kalau delay bisa dua sampai tiga jam kita tidak dapat apa-apa," ujar Marwan berapi-api.
Marwan memang datang sangat terlambat. Awalnya Marwan dijadwalkan tiba ke acara pukul 09.00 WIB namun molor sampai pukul 13.20 WIB.
Terpisah, manajemen PT Garuda Indonesia menanggapi kekecewaan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Marwan Djafar, sebagai penumpang.
Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia, Benny Butarbutar, mengatakan penerbangan pesawat tidak dapat ditunda hanya karena menunggu penumpang yang belum datang.
"Kalau terbang pukul 08.00 WIB, ya terbang sesuai jadwal, tidak bisa ditunda untuk menunggu. Karena nanti bisa menggangu waktu penerbangan lainnya," ujar Benny saat dihubungi Tribunnews.com.
Sementara mengenai persoalan delaynya penerbangan kedua yang ditumpangi Marwan setelah tertinggal pesawat pertama, Benny mengaku belum mengetahui. Ia harus menghubungi staf Garuda di lapangan.
Ular Keliaran Bikin Resah Warga
Warga Jalan Anggrek, Semarang Tengah, Kota Semarang, ketakutan banyak ular bermunculan. Ular jenis piton itu tak hanya muncul di luar rumah namun beberapa di antaranya ditemukan di dalam rumah warga.
Terakhir, seorang pembantu rumah tangga di Jalan Anggrek X, Sriyati (50) hampir kejatuhan ular sepanjang 50 sentimeter itu. Saat itu, Sri sedang mandi dan tiba-tiba ular itu jatuh ke lantai.
"Dari atas internit jatuhnya. Saya lagi mandi," beber Sri yang kaget lalu teriak sekencang-kencangnya meminta pertolongan.
Warga Jalan Anggrek, Semarang Tengah, Kota Semarang dibuat takut oleh kemunculan banyak ular, Rabu (24/2/2016). TRIBUN JATENG/MUH RADLIS
Teriakan Sri didengar oleh Totok, tetangga yang memang sudah sering menangani temuan ular di Jalan Anggrek X.
Totok menangkap ular tersebut dan mengamankannya. Rupanya, temuan ular itu di Jalan Anggrek sudah puluhan kali dan sudah membuat warga resah.
"Selama satu bulan terakhir sudah banyak temuan ular, sering sekali," kata Totok.
Totok menuturkan, selama sebulan terakhir warga dibuat takut oleh ular-ular tersebut. Terlebih ular itu tidak hanya ditemukan di lahan terbuka melainkan sudah masuk ke rumah warga.
Kena Bogem Terdakwa Pembunuhan
Abdullah Lutfianto (55), terdakwa pembunuh anak dan istri menjalani sidang putusan di ruang sidang Garuda, Pengadilan Negeri Kepanjen, Kabupaten Malang, Rabu (24/2/2016).
Majelis hakim yang diketuai Darwanto sempat membacakan vonis selama 15 menit. Namun, tiba-tiba Darwanto menghentikan sidang. Kita skors sidang dulu ya. Tetap akan putus hari ini," ujar Darwanto.
Abdullah sempat berjalan ke kursi ruang sidang. Namun tiba-tiba dia mengamuk dan menyerang wartawan. "Aku emoh digambar (direkam, red). Aku emoh digambar (direkam, red)," seru Abdullah sambil melayangkan pukulan.
Suasana sidang putusan terhadap Abdullah Lutfianto, terdakwa kasus pembunuhan istri dan anaknya di Pengadilan Negeri Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (24/2/2016). SURYA/DAVID YOHANES
Wartawan Metro TV, Fajar Agastya, yang berada tepat di depannya sempat menghindar namun bogem Abdullah mengenainya. Petugas keamanan PN Kepanjen berusaha menahannya.
Suasana kacau dimanfaatkan keluarga korban yang memenuhi ruangan sidang. Satu di antaranya memukul Abdullah dua kali hingga terdakwa terhuyung.
Setelah petugas keamanan membawa Abdullah ke tahanan, tempat berlangsungnya ruang sidang putusan menjadi tenang kembali.
"Eh, bathi (untung, red) aku," ucap keluarga korban yang berhasil melayangkan dua pukulan ke arah Abdullah.
Abdullah membunuh istrinya, Wiwik Halimah (48) pada 5 Agustus 2015. Sebelum Abdullah menggorok Wiwik menggunakan sebilah parang, keduanya sempat bertengkar.
Anak kedua mereka, Putri Sari Dewi (16), yang mengetahui ibunya dibunuh, berusaha menolong. Namun remaja kelas X SMA ini mengalami nasib serupa ibunya.
Uang Palsu Empat Miliar Beredar
Jaringan pengedar uang palsu beromzet miliaran rupiah berhasil diringkus jajaran Polres Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Selasa (23/2/2016).
Informasi yang diperoleh Bpost Online, jaringan pengedar uang palsu ini awalnya ditangkap polisi di Desa Sebuhur Jorong, Kabupaten Pelaihari, seminggu silam.
Polisi lalu mengembangkan informasi awal dan berhasil membengkuk sejumlah tersangka yang masih satu jaringan. Tak hanya dari Kalsel, jaringan melibatkan pelaku dari pulau Jawa.
Petugas menunjukkan barang bukti berupa uang palsu saat gelar perkara peredaraan uang palsu di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (7/12). Polisi berhasil menangkap delapan tersangka pembuat dan pengedar uang palsu beserta barang bukti berupa uang palsu pecahan Rp50.000-Rp100.000 yang diduga akan dipergunakan untuk politik uang saat pilkada berlangsung. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Kasat Reskrim Polres Tanah, Laut AKP Ade Papa Rihi, menbenarkan informasi pengungkapan pengedar uang palsu tersebut.
"Benar kami sudah tangkap produsennya di Pulau Jawa, tepatnya di Solo semalam. Pengungkapan ini berawal dari laporan masyarakat Desa Sebuhur. Kami saat ini masih berada di Solo membawa produsennya," jelas Ade.
Polisi mengamankan tujuh pelaku dalam kasus peredaran uang palsu di Kabupaten Tanah Laut. Mereka terpaksa menyeberang ke Solo, Jawa Tengah, untuk menciduk produse uang palsu tersebut.
"Jaringannya nasional. Dari pengakuannya sudah Rp 3 sampai Rp 4 miliar yang tersebar di Banjarmasin, Mataram, sampai Lombok. Itu yang sudah tersebar," jelas Ade.