Kenapa sampai tega membunuh anak kandungnya dan memutilasinya?
"Ketika seseorang dalam keadaan frustasi, maka ia sulit untuk menentukan tindakan yang benar harus diambilnya," kata Rika.
Menurut informasi, terjadi perebutan hak asuh anak antara pelaku dan istrinya, sehingga pelaku menganggap keduanya tidak mendapatkan anak mereka adalah jalan yang terbaik.
Terhadap pernyataan pelaku bahwa ia mengalami halusinasi juga harus dilakukan pemeriksaan psikologis lebih dalam.
Mutilasi bisa dilakukan karena adanya dendam. Pelaku mutilasi menikmati dan merasa puas ketika sedang melakukan hal tersebut.
Rika melihat bila memperhatikan permasalahan rumah tangganya, bisa saja pelaku memutilasi anak-anaknya untuk menyakiti istri.
Pelaku menyadari bahwa istri sangat sayang kepada anak-anaknya, sehingga perasaan marah dan kecewa terhadap istri disalurkan kepada anak-anaknya.
Untuk mendapatkan kepastian, Rika meminta sebaiknya Polisi harus memeriksa kondisi kejiwaan pelaku. Bisa dibawa ke instansi yang berkompeten.
Pemeriksaan mendalam untuk mengetahui apakah ada gangguan pada kejiwaan atau murni karena sakit hati pada istri sehingga melampiaskannya pada anak.
"Bisa juga kedua-duanya. Itu terjadi karena tak mau anak direbut dan faktor kejiwaan lainnya," kata dia.
"Sebaiknya kita juga memperhatikan kondisi istri saat ini, karena istri mengalami trauma mendalam. Kenapa trauma mendalam, ada tiga hal yang menjadi penyebabnya," ujarnya.
Pertama, yang melakukan pembunuhan adalah suami. Kedua, yang menjadi korban pembunuhan adalah dua anak kandung dan ketiga, cara si suami membunuh kedua anak sadis pula.
"Sebaiknya korban mendapatkan trauma healing. Trauma healing ini berupa pendekatan psikologis dalam menangani trauma sehingga si istri bisa segera pulih dari trauma dan bisa hidup normal," kata Rika.
Keluarga, rekan dan sahabat juga harus memberikan dukungan. (iin)