Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Usianya baru sembilan tahun. Ia memeliharnya sejak kecil sampai sebesar sekarang, tak ubahnya hewan jinak kebanyakan.
Siapa yang tak gentar melihat seekor buaya muara? Begitulah Syafruddin, membiarkan buaya muara peliharaannya selama sembilan tahun di dapur rumahnya di RT 004/ RW 017 Gang Maria 2 No 5, Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Pontianak Barat.
"Tidak tahu pasti berapa usianya, perkiraan saya sudah lebih sembilan tahun," cerita Syafruddin kepada Tribun Pontianak, Rabu (16/3/2016) sore.
Buaya sepanjang sekitar dua meter itu ditangkar di dalam kandang berbahan papan dan kawat. Luasnya sekitar 1,85 meter x 1,5 meter. Buaya itu masih liar kali pertama warga menemukannya di parit depan rumah Syafruddin.
"Di parit depan dia lepas, karena depan rumah ini parit yang mengalir ke Sungai Beliung, sampai tembus ke Sungai Jawi dan diujungnya lagi ke Sungai Kapuas," kata dia.
Sekitar pukul 06.00 WIB, air sudah terlihat surut, buaya liar yang saat itu masih sekitar satu meteran, diduga tak terbawa arus pasang yang kembali ke Sungai Kapuas.
Warga setempat sudah terlihat heboh melihat buaya ini. Sejumlah warga sempat memukuli anak buaya itu sampai lemas.
"Saya bilang jangan pak, ini makhluk kita juga, makhluk ciptaan Tuhan, biar saya yang menangkap, lepaskan," perintah Syafruddin yang tak menghendaki buaya di parit kampung mereka.
Syafruddin turun ke parit, memegang buaya tersebut. Keberaniannya mengundang komentar warga yang turut menyaksikan. Sejak itu ia dijuluki pawang buaya. Memegang badan atas buaya jelas aman, tapi memegang mulutnya berbahaya, kata dia.
Anak buaya itu ia pelihara dan diberi makan usus ayam sampai satu sampai dua kilogram tapi tak mau. Diduga stres. Khawatir mati, Syafruddin perlahan memasukkan makanan langsung ke rongga mulut buaya.
"Saya masukkan (usus) ke dalam mulutnya, tapi saya alasi kayu agar aman," beber dia.
Inisiatif memelihara buaya muara itu karena Syafruddin bingung sekaligus kasihan. Kalau pun diberikan ke orang lain yang tak jelas, ia khawatir bakal diperjualbelikan. Jika dilepasliarkan, ia juga serba salah jika ada warga yang kembali menangkapnya.
"Sekali makan untuk lima hari. Keluarga ada yang komentar, karena saya memelihara buaya yang diketahui berbahaya. Tapi saya bilang tidak apa-apa, warga juga tidak resah," kata dia.