News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tak Ada Pembeli, Sawit di Cintapuri Dibiarkan Busuk dan Dibakar

Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Petani mengumpulkan tandan buah segar (tbs) kelapa sawit di kebun inti kelapa sawit milik Asian Agri, di Kabupaten Siak, Riau, Rabu (17/4/2013). Di Provinsi Riau Asian Agri mengelola sekitar 5.500 hektar kebun inti serta memasok kebutuhan petani yang mengelola 11.000 hektar kebun plasma kelapa sawit. Dalam setahun kebun kelapa sawit Asian Agri di Provinsi Riau mampu memproduksi 25 ton tbs per hektar. KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Harapan Suwardi (56) untuk menikmati hasil dari tanaman sawit yang ia tanam selama lima tahun sirna.

Tak ada tengkulak yang membeli sawit milik warga Desa Simpang Lima Kecamatan Cintapuri, Kabupaten Banjar ini.

Ia hanya bisa mengelus dada saat menyaksikan tumpukan buah kelapa sawit di bawah pohon miliknya. Tumpukan kelapa sawit itu dibiarkannya hingga membusuk.

Terkadang, Suwardi memanfaatkan buah kelapa sawit itu pengganti kayu bakar.

“Susah nggak ada tengkulak yang membeli sawit kami," ujar Suwardi, Selasa (12/4/2016).

Dia mengaku memiliki 200 batang pohon kelapa sawit yang ditanam di lahan seluas 2 hektare.

Sawit itu, merupakan bantuan dari Bupati Banjar sekitar lima tahun lalu. Suwardi menanam bibit bantuan tersebut dan setelah berisia lima tahun ini sudah berbuah.

Setiap bulan, ada dua ratus kilogram buah kelapa sawit yang bisa dihasilkan dari kebun sawit miliknya.

"Namun, kami bingung menjualnya, tidak ada tengkulak yang datang membeli kelapa sawit kami. Ya, akhirnya ditumpuk dibiarkan membusuk begitu saja. Terkadang, jadi pengganti kayu bakar," terang Suwardi.

Di desanya, warga lainnya juga mengalami nasib serupa. Warga bernama Tukiran memiliki lahan seluas 3 hektare, ditanami 300 batang pohon sawit.

Setiap bulannya, sawit milik Tukiran mencapai 300 kilogram. Sama seperti Suwardi, sawit Tukiran tidak ada yang beli.

Selain Tukiran, juga ada Waskito mantan PPL, juga punya 1 haktare kelapa sawit. Kemudian, Muanam juga ada satu hekatare.

"Totalnya itu 10 hektare sawit bantuan kepada kami saat itu. Cuma, hasilnya kami tidak bisa jual. Sepikul dua pikul dibiarkan saja menumpuk," ungkap Suwardi.

Kabid Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distabunak) Banjar Husaini mengaku, selama lima tahun terakhir tidak ada program kedinasan berupa bantuan kelapa sawit kepada petani.

Program bantuan di bidang perkebunan yang ada hanya karet, kelapa rakyat serta kelapa genjasalak jenis kelapa varietas baru.

"Untuk perkebunan sawit kami lebih mengarahkan kepada investor. Sedangkan, untuk program kedinasan kita mengembangkan produk berdasarkan rencana strategis daerah. Maksudnya, program bantuan yang pemasarannya jelas," katanya.

Kemungkinan, sawit yang dihasilkan petani itu bantuan sepuluh tahun silam. Saat itu, ada dua lokasi yakni di Desa Ali Mukim dan Kecamatan Cintapuri.

Cuma, setahu mereka saat itu banyak yang terbakar kecuali yang ada di Desa Karya Makmur.

Bibit sawit warga di Desa Lima ini bukan bibit yang berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Bibit sawit dari PPKS ini, dilengkapi dengan Surat Permintaan Pengadaan Benin (SP2B) sehingga dijamin kemurniannya. (Banjarmasin Pos/ Hari Widodo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini