Mereka yang tidak mengetahui asal usul Yoyok ingin agar lelaki tersebut angkat kaki dari kampung karena mencoreng nama baik masyarakat setempat yang dikenal religius.
Kepala Desa, Suyoto mengaku didesak warga untuk mengusir Yoyok karena menghamili anak tirinya.
"Tapi dia tidak mau mengakui jika Marina hamil, sampai akhirnya warga meminta tes DNA," katanya.
Sehari sebelum dites DNA, keduanya melarikan diri.
Kepergian Yoyok dan Marina sudah membuat tenang warganya, hingga muncul kabar jika keduanya bersama sang bayi diberitakan tewas, jauh di luar kota.
Jenazah ketiganya dimakamkan pada Kamis petang, di pemakaman Dusun Slento.
Sempat mendapatkan penolakan warga, pemakaman akhirnya berjalan lancar setelah Martiah bersikeras memakamkan jasad orang yang ia sayangi di kampung halaman sendiri.
Menurut keterangan anggota Polsek Singorojo kepada Nuryanto, pada mulut jenazah Marina maupun putri perempuannya terdapat busa saat ditemukan.
Jenazah Digotong
Kepala Desa Slento Desa Kaliputih Kecamatan Singorojo, Suyoto mengatakan, jenazah terpaksa digotong menuju rumah duka di Dusun Slento, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Hal ini lantaran hingga Kamis (14/4/2016) sore, jembatan hanya bisa dilintasi dengan berjalan kaki.
"Kebetulan rumah korban berada di sisi sungai yang jembatannya patah. Mau tidak mau jasadnya diangkat karena kendaraan tidak bisa melintas," katanya kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), kemarin.
Warga Dusun Slento hingga kemarin masih terisolasi.
Jembatan darurat belum dibangun pemerintah setempat sehingga warga masih menggunakan tangga untuk menyeberangi jembatan yang putus akibat diterjang banjir bandang Selasa (12/4/2016) lalu.