Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Gairah bisnis narkoba di Kampung Dalam tidak hanya menjadi mata pencarian orang dewasa saja.
Anak-anak ABG pun turut diajak menjalankan bisnis ilegal tersebut.
Sebagai tameng, anak-anak dipekerjakan untuk pengedar dan menjalankan transaksi di rumah-rumah yang memiliki semacam loket-loket kecil.
Tawarannya, selain uang yang lumayan besar, anak-anak juga sudah mulai dicekoki barang yang membuat ketagihan tersebut.
Terbukti Maret 2016 dua anak ABG AP dan EP turut diringkus dalam operasi yang dilakukan Satres Narkoba Polresta Pekanbaru.
Keduanya masih berusia 15 tahun dengan iming-iming penghasilan sehari Rp 500 ribu.
Tidak hanya merusak secara psikologis, anak-anak yang tidak tahu terkait bisnis yang berdampak hukum tersebut juga putus sekolah.
Ketua Komnas PA, Seto Mulyadi pun dibuat geleng-geleng kepala mengetahui bisnis sabu-sabu dua kilogram dijalankan anak-anak.
Menjalankan tugasnya sebagai pemerhati anak, lelaki yang akrab disapa Kak Seto ini sengaja mengunjungi dua anak tersebut di Mapolresta Pekanbaru.
Dalam kesempatan bincang-bincang, keduanya mengaku diajak dengan tawaran uang.
Namun harapan mereka tetap ingin bersekolah sembari menangis dihadapan Kak Seto.
Diberitakan sebelumnya, Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Aries Syarief Hidayat menyebutkan keberadaan Kampung Dalam tidak hanya persoalan pengungkapan narkoba saja.
Menurutnya selain pengungkapan narkoba, ada persoalan aspek sosial di dalamnya.
Karena itu menurutnya, polisi tidak akan maksimal jika bekerja sendiri saja.
"Artinya ini sudah masalah sosial. Karenanya itu tanggungjawab bersama dengan stake holer terkait. Baik itu Pemerintah Provinsi mau pun Kota," terang Aries, disela-sela ekspose pengungkapan sabu satu kilogram di perumahan padat penduduk, Kampung Dalam, Pekanbaru, Kamis (5/6/2016) kemarin.(*)