News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prahara Partai Golkar

Setya Novanto Inginkan Pemilihan Terbuka, Timses Akom Akan Boikot Jika Pemilihan Terbuka Dipaksakan

Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) sedang berbincang serius dengan salah satu caketum Golkar, Azis Syamsudin di lobi BNDCC, Nusa Dua, Jumat, (13/05/2016).

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ragil Armando

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Minggu (15/4/2016), sebagai hari penentuan sistem pemungutan suara untuk balon caketum menjadi caketum dalam Munaslub Partai Golkar.

Dalam pramunas kemarin, Sabtu (14/5/2016), rapat penentuan sistem pemilihan itu menemui jalan buntu.

Sekretaris Panitia Pengarah Munaslub Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa, mengatakan tetap berpegang terhadap rancangan yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Yakni sistem pemilihan tertutup.

Sistem tersebut dinilainya bisa membuat pemegang suara lebih jernih memilih dan suasana demokratis bisa terbangun.

"Namun ada pandangan yang berbeda dari peserta, jadi tidak bisa kami mengambil keputusan untuk dipaksakan," katanya, Sabtu, (14/05/2015) malam.

Oleh sebab itu, ujarnya, pada hari ini akan ditentukan sistem pemilih setelah panitia memberikan kesempatan kepada pengurus DPD 1 dan DPD 2 untuk melakukan musyawarah terhadap hal ini.

Bila pengurus DPD tersebut tidak berhasil menemukan kata mufakat, akan dilempar di pleno, untuk selanjutnya dilaksanakan voting.

"Mereka juga punya hak kedaulatan, kami serahkan kepada DPD 1 dan DPD 2 untuk membicarakan hal ini," tuturnya.

Para kandidat sendiri memiliki pandangan berbeda soal sistem pemilihan tersebut.

Bakal calon ketua, Setya Novanto, cenderung menyetujui sistem pemilihan terbuka.

"Terbuka jauh lebih bagus. Aklamasi juga jauh lebih bagus. Selama itu dikehendaki oleh semua, tidak melahirkan perbedaan," katanya.

Tim sukses Ade Komarudin, Bambang Soesatyo mengancam lakukan boikot bila sistem pemilihan terbuka dipaksakan.

Opsi tersebut dinilainya bisa menggiring lagi potensi perpecahan seperti Munas yang lalu.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini