Bandara baru ini akan mengusung konsep Green Airport sehingga untuk power plan (pembangkit listrik) akan memanfaatkan energi dari arus laut, solar cell, dan geothermal dengan kapasitas 35 Mega Watt.
“Untuk power plan tidak memakai batu-bara atau polusi tinggi. Kami pakai arus, solar cell, geothermal. Power plan dapat menghasilkan energi listrik 35 MW per hari, yang mana 30 MW akan digunakan untuk operasional bandara, 2 MW untuk cadangan, serta 3 MW untuk masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, bandara baru ini nantinya memiliki daya tampung 3 kali lebih besar dibandingkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dengan berkapasitas 2.700.000 orang per hari.
Terkait dengan pembiayaan, pembangunan bandara baru ini diperkirakan akan menelan Rp 50 triliun.
Margono dari PT Amarta Nusantara Energi mengatakan, pihaknya akan melibatkan penyedia dana dari Korea dengan sistem Build Operate and Transfer (BOT) selama 35 tahun.
“Pelaksananya dari Korea, kami nanti tim pelaksana. Kami siap untuk membangun pelaksanaan dengan sistem BOT. Sumber keuangan dari Bank Korea dan kami menunjuk bank-bank daerah, nanti kami yang akan menjamin,” katanya.