Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Sekertaris Daerah Kabupaten Gowa, Mukhlis Masse juga menolak untuk mengakui Madduaila sebagai Raja Gowa yang ke-37.
Ia mengatakan, penolakan ini dilakukan karena pelantikan Maddusila tidak sesuai yang disyaratkan selama ini di Kerajaan Gowa.
"Pelantikannya tidak sesuai dengan adat dan tata cara di kerajaan Gowa selama ini," kata dia, Senin (30/5/2016).
Sementara itu terkait kepemilikan Istana Balla Lompoa, ia menimpali klaim kubu Maddusila yang menyebut Balla Lompoa bukan milik pemerintah, melainkan milik kerajaan.
"Masalah Balla Lompoa yang dianggap kepemilikan pribadi, itu tidak benar. Balla Lompoa jelas milik pemerintah dan ada sertifikatnya," ujar dia, sambil menunjukkan sertifikat yang dibawa dalam Konfrensi Pers tersebut.
"Karena sudah tidak ada lagi kerajaan maka Balla Lompoa menjadi museum. Itu jelas dilindungi oleh negara karena masuk sebagai cagar budaya. Setiap ada perbaikan di Balla Lompoa pun Pemkab Gowa lah yang memperbaiki," sambung Muchlis.
Muchlis juga mengomentari terkait dugaan Maddusila yang masuk secara diam-diam ke Balla Lompoa untuk mengikuti prosesi adat.
Ia mengatakan, untuk memasuki area Balla Lompoa harus ada izin terlebih dahulu ke pihak pemerintah Kabupaten Gowa, karena Balla Lompoa itu adalah cagar budaya dan area publik, jadi setiap orang atau kelompok yang ingin masuk harus mengajukan izin.
"Tentu kita akan kaji layak atau tidaknya diberikan izin. kebetulan pada rencana pelantikan Maddusila kemarin, Satpol PP lebih dulu melayangkan surat penggunaan Balla Lompoa untuk pelatihan dasar. lalu kemudian ada undangan untuk pelantikan Maddusila, kami tentu mempertahankan izin yang sebelumnya," kata dia.
Sebelumnya Maddusila disebut berhasil masuk secara diam-diam ke dalam Istana Balla Lompoa yang dijaga Satpol PP, untuk menggelar ritual pelantikannya sebagai raja Gowa. (*)