News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seorang Pembantu di Pekanbaru Dipukul Seratus Kali Setiap Hari dan Tidak Diberi Makan

Penulis: Budi Rahmat
Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Korban SS saat dijemput di wilayah Siak Hulu, Kabupaten Kampar.

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat

TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU- Polda Riau melalui Direktorat Kriminal Umum mengkonfirmasi telah menetapkan Susi sebagai tersangka penganiayaan terhadap pembantunya berinisial S.

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, namun tidak dilakukan penahanan terhadap Susi.
Kemanusian menjadi alasan polisi tidak menanhan Susi.

"Tersangka memiliki empat orang anak yang mesti diasuh. Jadi sembari kita juga masih menunggu yang bersangkutan siap secara mental dan kita juga lengkapi berkasnya," terang Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau, AKBP Surawan kepada awak media, Selasa (21/6/2016).

SS sendiri saat ini masih dalam pengawasan dan pendampingan LB PAR. Sebelumnya LB PAR jugalah yang awalnya menemukan SS di wilayah Siak Hulu, Kampar dalam kondisi sakit.

SS kemudian dirawat dan selanjutnya LB PAR melaporkan majikan SS ke Polda Riau.

Seratus Pukulan Setiap Hari
Dari keterangan Surawan diketahui penyiksaan yang diterima SS selama bekerja dirumah majikannya. Bahkan SS mendapatkan pukulan 100 kali setiap harinya.

"Korban dipukul dengan besi aluminium serta rotan setiap harinya. Korban harus menghitung sendiri sudah berapa kali dipukul. Jika masih belum sampai seratus, maka majikannya akan terus memukul," terang Surawan.

Selain dipukul, SS juga disetrika dibagian punggungnya.

"Korban sudah tiga bulan bekerja pada tersangka. Selama itu korban tidak digaji. Malah disiksa," terang Surawan.

Ketua DPP LB PAR, Rosmaini menyebutkan, korban disalurkan dari yayasan yang berada di NTT.

Kemudian dibawa ke Jakarta dan selanjutnya sampai di Jambi tahun 2016. Di Jambi, korban disalurkan oleh ‎PT Karya Abadi Timur.

"Korban hanya diberikan minum saja. Tidak diberi makan. Tidurnya pun hanya dilantai," terang Rosmaini.

Polisi yang melakukan penyelidikan atas dugaan penganiayaan tersebut sempat kesulitan karena korban SS tidak lancar berbahasa Indonesia.

Dengan bantuan orang NTT, diketahui kronologi sampai akhirnya perusahaan penyalur.

Dari penyalur itulah diketahui alamat majikannya sampai akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini