TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Dewa Putu Ngurah alias Dewa Saraf (52), otak pembunuhan Dewa Gede Artawan (31) di Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Sukawati, kini mendekam di balik jeruji besi Mapolres Gianyar, Bali.
Namun pria asal Banjar Pasdalem, Kelurahan Gianyar, Kabupaten Gianyar ini ditahan terpisah dengan enam tersangka lain yang merupakan anak buahnya.
Jik Saraf, begitu sapaannya, dikurung di sel khusus.
"Kami khawatir terjadi perkelahian antara mereka. Ini sebab mengapa DS dipisah dengan tersangka lainnya," ujar Kapolres Gianyar, AKBP Waluya, kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Jumat (24/6/2016).
Kekhawatirannya muncul karena rencana yang disusun komplotan bercadar ini gagal.
Awalnya, lima pelaku menyerahkan diri dan mengklaim sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kasus pembunuhan salah satu anggota ormas Laskar Bali tersebut.
Dalam pemeriksaan, mereka berupaya keras membantah keterlibatan pihak lain.
Mereka mencoba meyakinkan polisi bahwa pelaku hanya lima orang saja.
Namun ternyata polisi tak buru-buru percaya.
"Awalnya mereka hanya mengaku berlima saja. Tapi polisi lebih pintar," kata Kapolres.
Atas kegagalan rencana yang disusun, Waluya memprediksi akan ada pihak yang tidak puas karena satu persatu orang-orang yang diduga terlibat ditangkap.
Jika disatukan dalam sel, besar potensi terjadinya masalah.
Pertimbangan tersebut membuatnya menginstuksikan jajaran Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Gianyar menempatkan Dewa Saraf di sel yang berbeda.
"Faktor emosional saja sebenarnya karena rencana mereka tidak mulus. Kami khawatir terjadi perkelahian jika digabung dalam satu sel," kata Waluya.