Laporan wartawan Tribun Bali, I Nyoman Mahayasa
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Alunan musik langka genggong dan suling gambuh sepanjang 100 meter bertalu-talu saling menyahut menghasilkan nada yang merdu saat dipentaskan di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Art Centre, Denpasar, Bali, Selasa (5/7/2016).
Perpaduan musik yang harmonis dihadirkan dalam sebuah garapan yang inovatif yang terinspirasi dari suara sunari dan suara alam yang terangkum menjadi kerawitan yang inovatif yaitu Sunari Wakya.
Musik genggong merupakan musik tradisional yang langka yang sangat jarang dimainkan.
Genggong alat musik yang unik terletak pada suara yang ditimbulkan mirif seperti suara katak yang saling bersahutan riang gembira pada saat malam hari, cara memainkan sangat sulit dengan cara memanfaatkan rongga mulut orang yang membunyikannya sebagai resonator, dibunyikan dengan cara mengulum (nyanglem) pada bagian yang disebut playahnya.
Untuk membunyikannya dengan menarik tali sehingga menghasilkan getar. Genggong terbuat dari pelepah enau.
Desa Batuan, Gianyar, merupakan tempat yang terkenal akan genggong untuk mengiringi tarian kodok.
Kini kembali dihadirkan dengan kolaboratif dan inovatif.
“Musik ini sengaja dibuat inovatif suapaya generasi penerus lebih tertarik lagi akan kesenian yang langka ini,".
Total ada 36 orang yang tampil dari pemusik hingga penari.
"Kami latihan selama satu bulan untuk menyelaraskan berbagai istrumen seperti suling gambuh dan genggong. Alat musik ini memamang sulit untuk dimainkan, namun dengan adanya kreasi seperti ini saya harap generasi muda lebih tertarik lagi,” kata I Wayan Gede Purnama Gita, penata kerawitan Sanggar Sunari Wakya yang berada di Banjar Tengah, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Sanggar ini dibentuk 14 Agustus 2015 di Batuan menampilkan karya inovatif. (*)