Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Tak hanya melihat proses pembuatan permata, pengunjung Indo Wisata Permata (IWP) juga bisa melihat alat-alat canggih yang digunakan untuk mengolah bahan baku permata hingga menjadi perhiasan. Konon alat pengolahan permata di IWP didatangkan dari luar negeri seperti India.
“Tenaga ahlinya juga dari sana semua,” ujar Poppy Chandra, Vice President Direktur Marketing IWP, di kawasan IWP, Komplek Citra Green Dago Blok N 1-10, Kota Bandung, Selasa (12/7/2016).
Tujuannya, kata Poppy, pengunjung tak hanya melihat indahnya permata ketika menjadi perhiasan. Namun para pengunjung yang datang juga bisa mengetahui alat-alat dan cara membuat permata.
“Sebenarnya permata itu dilihat hanya indahnya saja, tapi prosesnya tidak pernah tersentuh. Itu yang kami inginkan, jika permata itu melalui berbagai proses untuk menjadi indah. Mulai dari pemilahan, autoblocikng, sampai finising,” kata Poppy.
Adapun batunya, kata Poppy, didatangkan dari Martapura, Kalimantan Selatan. Menurutnya, permata dari Martapura memiliki kualitas yang paling bagus. Penggunaan permata asli Indonesia itu untuk mengajak masyarakat untuk mencitai produk Indonesia.
“Permata Indonesia itu terbaik secara kualitas dan material terbaik di dunia. Bahkan kualitas permata yang diperjualbelikan di Eropa kalah dengan yang ada di Indonesia,” kata Poppy.
Hal senada juga dikatakan, Asep Cepot, Manajer Marketing IWP. Ia mengatakan permata Indonesia memiliki kualitas nomor satu di dunia. Kualitas itu pun diakui dunia setelah dibuktikan secara ilmiah.
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
15 Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 4 SD BAB 4 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Meliuk dan Menerjang
“Seratnya permata Indonesia itu halus. Kemudian tingkat warna putihnya bagus, itu yang membedakan permata di Indonesia dengan luar negeri,” kata Asep.
Meski memiliki kualitas nomor satu atau excellent, produksi permata di Indonesia masih kalah dengan yang ada di Afrika.
Sebab proses produksi permata di Indonesia masih menggunakan cara manual. Sedangkan di Afrika sudah menggunakan teknologi canggih sehingga produksinya berlimpah.
“Keberadaan permata di Indonesia itu baru ada di wilayah tertentu. Penggaliannya dilakukan secara tradisional. Kalau di kita pakai naluri, kalau luar negeri pakai teknologi. Kalau dengan naluri itu pasti perlahan, kalau mereka sudah pakai satelit sehingga radius berapa sudah diketahui titik mana saja yang ada permata,” ujar Asep.
Terlepas dari itu, Asep mengatakan, pengetahuan tentang permata bisa diketahui dengan mengunjungi IWP.
“Harapan kami supaya masyarakat pada umumnya setidaknya mecintai kekayaan alam kita sendiri,” kata Asep.