Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Kepala Badan Tenaga Nuktir Nasional (Batan) Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto, mengatakan, aplikasi teknik analisis nuklir (TAN) bukan untuk mengatasi polusi udara secara langsung.
Namun, kata dia, memberikan data dan informasi yang presisi berdasarkan kajian ilmiah.
“Harapannyapemerintah terkait bisa membuat aturan kebojakan berbasis temuan seperti ini bukan sekedar kopi paste entah dari mana datanya dan tanpa da dasar scientificnya,” ujar Djarot kepada wartawan dalam kegiatan konferensi persi di kantor Batan Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (28/7/2016).
Djarot mengatakan, hasil identifikasi dari TAN bisa digunakan untuk mengantisipasi musim kering yang datang dalam waktu dekat ini.
Seperti diketahui, musim kering yangterjadi pada 2015 kerap mengakibatkan kebakaran hutan.
“Hasil identifikasi ini bisa menjudge kapan bisa melakukan tindakan yang tepat untuk masyarakat,” kata Djarot.
Selain itu, kata Djarot, hasil identifikasi TAN juga harus menjadi cambuk bagi beberapa kota karena di Indonesia yang dianggap mengkhawatirkan.
Sebab Surabaya dan Tanggerang disebutkan kota yang tercemar sehingga perlu ada pengendalian polusi.
“Tentu saja nuklir tidak menakutkan dan bisadimanfaatkan polusi udara di Indonesia,” kata Djarot.
Djarot menjelaskan, TAN itu membuktikan jika teknologi nuklir juga sangat berguna bagi lingkungan meski penggunaannya dihindari banyak orang dan ilmuwan di beberapa negara.
Menurutnya, teknologi nuklir tak serta merta hanya untuk pembangkit tenaga listrik dan senjata mematikan.
“Teknologi nuklir itu bisa dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti pertanian dan lingkungan. Dan perlu diketahui TAN ini tidak menghabiskan biaya sampai miliar,” kata Djarto. (cis)