Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah mengaplikasikan teknik analisis nuklir (TAN) ke sejumlah daerah di Indonesia.
Batan melakukan itu dengan bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan pemerintah daerah, untuk melakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap jenis dan asal sumber pencemar.
“Daerah itu di antaranya Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palangkaraya, Pekanbaru, dan lainnya, untuk menentukan konsentrasi massa PMz,5 dan PM10, black corbone (BC), serta konsentrasi berbagai unsur seperti Mg, At, Si, S, K, Ca, Ti, Mn, Fe, Zn dan Pb,” kata Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama Batan, TottiTjiptosumirat, kepada wartawan di kantornya, Kamis (28/7/2016).
Totti mengatakan, data dan informasi itu digunakan sebagai baseline data dan bahan masukkan untuk penetapan baku mutu kualitas udara. Selain itu, data tersebut juga dapat mendeteksi secara dini terjadinya pencemaran logam berat.
“Penggunaan TAN juga dapat bermanfaat untuk mengestimasi jenis dan lokasi sumber pencemar, sehingga berbagai strategi pengelolaan dapat segera dialkukan agar dampak yang lebih buruk pada kesehatan masyarakat dan kerugian finansial yang lebih besar dapat dihindari,” kata Totti.
Pada 2015, kata Totti, pihaknya dengan menggunakan teknik tersebut telah memperoleh data partikulat udara dari 10 kota. Adapun hasilnya menunjukkan rerata tahunan PM2,5 Pekanbaru telah melebihi baku mutu udara ambien (15 Amikrogram/m3). Sedangkan untuk lokasi lainnya masih berada di bawah baku mutu tersebut.
“Rerata konsentrasi PM10 pada beberapa kota tersebut masih berada di bawah batas ambang harian (150 Amikrogram/m3),” kata Totti.
Selain itu, kata Totti, didapat konsentrasi yang tinggi BC di witayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi seperti Denpasar dibandingkan dengan daerah lainnya. Karakteristik sampel yang ditakukan dengan TAN tetah terkualifikasi 13 unsur pencemar, yaitu Mg, At, Si, S, K, Ca, Ti, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn dan Pb.
“Dari hasil yang diperoleh teridentifikasi bahwa Makassar memiliki kecenderungan terjadinya pencemaran logam. Denpasar pencemaran yang berasal dari pembakaran biomassa, Pekanbaru dan Palangkaraya pada saat kebakaran hutan mengatami peningkatan unsur S serta PM2,5 yang sangat tinggi mencapai 7 kati di atas baku mutu harian,” kata Totti. (cis)