Laporan Wartawan Pos Kupang, Eugenius Moa
TRIBUNNEWS.COM, RUTENG - Beratnya medan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat ke Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai sepanjang 140 km menjadi tantangan mengasyikkan yang menguras tenaga peserta Jelajah Sepeda Kompas Flores-Timor, Sabtu (13/8/2016) pagi hingga malam.
Dari 71 peserta, yang suskes menyentuh finish pertama sekitar pukul 19.15 Wita di Ruteng delapan pesepeda.
Lebih banyak yang dievakuasi dengan kendaraan dan yang lain mencapai garis finisih antara pukul 20.00-21.00 Wita.
Satu-satunya pesepeda perempuan Lina Susana, bersama tujuh pesepeda pria tiba pertama diterima dengan seremoni adat manuk kapuk tuak (ayam jantan putih dan tuak putih) oleh pemerintah Manggarai.
Bupati Manggarai, Drs.Deno Kamelus, S.H,M.H, Sekda Manggarai, Manseltus Mitak, Ketua Tim Penggerak PKK,Yeni Veronika Deno, kepala SKPD menyaksikannya seremoni itu di Kantor Bupati Manggarai.
Sapaan adat disampaikan tokoh adat menggunakan Bahasa Manggarai untuk memberitahu kepada arwah leluhur tentang kehadiran tamu baru di Manggarai.
Semua peserta terpesona mengikutinya. Peserta Jelajah Sepda Kompas tak membayangkan akan diterima secara adat berupa pengalungan selendang dan peci Manggarai.
Beratnya medan jelajah yang menguras tenaga diakui Lina. "Menantang, karena tikungan dan tanjakan . Namun, saya nikmati saja bukan menjadi beban," ujar Lina.
Lina yang pernah tampil di Spanyol, Italia dan beberapa event lain di dalam negeri mengakui, tanjakan panjang dan melelahkan dari Labuan Bajo sampai di Puar Lolo (Bukit El Tari). Ia belum menemukan di tempat lain yang pernah diikutinya.
Pengakuan serupa disampaikan Dede Supriatna, pesepeda asal Bandung, Jawa Barat. Pertama kali menjelajah jalanan Pulau Flores, Dede mengakui medan jelajah sangat berat dan menguras tenaga.
"Menantang sekali, banyak tikungan dan tanjakan yang panjang. Tapi asyik, bukan jadi beban," kata Dede.
Marketing Komunikasi Kompas Gramedia, Ignasius Upa Santa mengatakan jelajah sepeda melibatkan peserta dari beragam profesi dan latar belakang, dokter, pengusaha, dokter, karyawan swasta dan polisi, untuk memotret langsung Pulau Flores.
Ini merupakan kegiatan kesembilan kali setelah delapan kegiatan serupa di berbagai tempat lain di Indonesia.
"Bersepeda, bukan lewat udara, dari laut dan dari mobil untuk menikamti langsung pariwisata langsung. Banyak pengalaman yang tidak ada di tempat lain ada di Pulau Flores, akan kami sampaikan," kata Santa.
Peserta bukan atlet, karena bukan mencari siapa pemenangnya. Event ini menyalurkan hobi untuk tujuan wisata.
"Yang ditemukan selama perjalan akan dipotret dan kami laporkan. Karena kami punya koran cetak, Kompas,
Koran-koran daerah, Tribunnews.Com, Kompas.Com dan Kompas TV,sehingga masyarakat seluruh Indonesia bisa mengetahuinya. Jalan rusak pun kita laporkan," katanya.
Selain jelajah sepeda, kata Santa, diisi bakti sosial operasi katarak di Maumare dan Atambua. Kabupaten Nagakeo menerima satu unit mobil ambulans dari Dana Kemanusiaan Kompas. (*)