TRIBUNNEWS.COM, PATI - Mbah Dasiah (80) warga desa Tanggel Kecamatan Winong Kabupaten Pati, Jawa Tengah hidup sebatang kara karena semua anaknya merantau ke Sumatera.
Untuk mengisi hidupnya dia membuat kerajinan anyaman bambu, menjadi peralatan dapur berupa tompo, kipas, dan lain-lain.
Dulu semasa muda Dasiah tidak bersekolah. Berbekal keterampilan tangan warisan nenek moyangnya itu dia bertahan hidup. Tiga anaknya sudah merantau di Sumatera.
Meski pandangan matanya sudah kabur namun tangannya tetap terampil menganyam bilah bambu jadi barang berguna.
"Sudah 70 tahun saya membuat kerajinan anyaman bambu ini, meskipun dengan sedikit melihat pun saya masih bisa membuat anyaman," tutur Mbah Dasiah kepada Nuruly Husna mahasiswi UIN magang jurnalistik di Tribunjateng.com.
Dia akui hasil jerih payah bikin anyaman bambu itu tak seberapa bahkan nggak sebanding dengan kesulitannya.
Untuk anyaman tompo ia hargai Rp 7.000 sedangkan untuk kipas bambu hanya Rp 1.000.
"Kadang dalam seminggu dapat Rp 50 ribu, terkadang Rp 60 ribu," terangnya.
Penghasilan itu bisa untuk kebutuhan makan harian. Namun untuk beli obat rematik Mbah Dasiah harus kerja lebih keras lagi.
Meski begitu, Mbah Dasiah menolak bantuan dari orang lain. Dia tak mau merepotkan orang lain.
Selama masih mampu ia akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. (*)