News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hukuman Mati

Kisah Wanita Polisi Pemasang Tanda Tembak di Jantung Trio Bom Bali I

Penulis: Muh Radlis
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Sub Bidang Kedokteran dan Kepolisian Polda Jawa Tengah, AKBP Sumy Hastry Purwanti, saat ditemui di ruangan kerjanya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jateng, Semarang, Selasa (30/8/2016). TRIBUN JATENG/MUH RADLIS

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muh Radlis

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Berdegup jantung Sumy Hastry Purwanti. Ia tak pernah membayangkan sedekat ini dengan Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas.

Ketiganya orang paling bertanggung jawab ketika bom meledak di Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta Bali pada 12 Oktober 2002. Di malam yang sama bom ketiga meledak dan menggoncang tak jauh dari Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Bali.

Tragedi malam itu dikenal dengan Bom Bali I. Bom meledak di tengah wisatawan yang berjingkrak sambil menikmati musik, menenggak bir, bercengkerama satu sama lain.

Bom berdaya ledak tinggi yang diotaki ketiganya menewaskan 202 orang terdiri dari 164 orang asing dan 38 orang Indonesia. Korban terluka mencapai 209 orang.

Berselang enam tahun, Sumy berhadapan dengan ketiganya di Nusakambangan pada Sabtu (8/11/2016) malam, sebelum tubuh mereka rubuh dieksekusi regu tembak.

"Saya yang pasang tanda di dada terpidana mati itu. Saya cek dulu letak jantungnya lalu pasang titik bidik. Awalnya gemetar juga, tapi saya harus kuat," cerita Sumy soal kejadian malam itu kepada Tribun Jateng saat ditemui di kantornya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jateng, Selasa (30/8/2016).

Ia mengenang saat itu pangkatnya masih komisaris polisi dan sudah bertugas di Bidang Kedokteran dan Kepolisian Polda Jateng.

"Biasanya menolong orang sakit yang mau hidup, ini mengerjakan orang hidup yang akan ditembak mati. Tapi itulah tugas dan pengabdian kepada negara,"

Sumy juga terlibat dalam eksekusi terpidana mati Jilid II, dua di antaranya duo Bali Nine: Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Bali Nine adalah istilah tentang sembilan orang warga negara Australia yang ditangkap polisi pada 17 April 2005 di Bali. Mereks berusaha menyelundupkan 8,2 kilogram heroin dari Indonesia ke Australia.

Polisi menyebut Andrew Chan sebagai "godfather" kelompok Bali Nine yang terdiri dari Myuran Sukumaran, Si Yi Chen, Michael Czugaj, Renae Lawrence, Tach Duc Thanh Nguyen, Matthew Norman, Scott Rush, dan Martin Stephens. Hanya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang dieksekusi regu tembak.

Terpidana mati Jilid II yang diekesekusi selain duo Bali Nine di antaranya Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).

Pada eksekusi mati Jilid III, Sumy membantu divisi forensik. Kala itu sudah ada anggota wanita polisi lain yang lebih banyak terlibat. Mereka yang dieksekusi adalah Humphrey Ejike alias Doctor (Nigeria), Seck Osmane (Senegal), Michael Titus Igweh (Nigeria), dan Freddy Budiman (Indonesia).

Setelah kematian Freddy, muncul kabar tak sedap ada oknum petinggi BNN, Polri dan TNI, menerima uang haram Freddy hasil penjualan narkotika. Nyanyian Freddy menjadi perhatian Presiden Jokowi dan meminta semua lembaga terkait untuk mengusut siapa orang yang dimaksud dalam nyanyian Freddy lewat tulisan Koordinator KontraS Haris Azhar.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini