Laporan Wartawan Surya, Anas Miftakhudin
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Dimas Kanjeng Taat Pribadi, dukun pengganda uang yang menobatkan diri sebagai 'Raja Probolinggo' dahulu begitu dihormati semua kalangan.
Warga sipil, para pejabat dan personel militer menghadiri penobatan dirinya sebagai Raja Probolinggo seperti terekam dalam video yang beredar. Penobatan Dimas Kanjeng berlangsung di rumahnya di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Terungkap fakta Dimas Kanjeng selama ini merupakan tersangka pembantaian dua anak buahnya: Abdul Gani dan Ismail.
Abdul Gani yang dibunuh oleh 'sultan' bentukan Dimas Kanjeng ternyata saksi kunci seorang profesor yang melapor ke Mabes Polri atas dugaan penipuan penggandaan uang.
Selama ini Abdul Gani dikenal sebagai juragan batu mulia. Ia juga pengepul uang warga yang akan digandakan oleh Dimas Kanjeng.
Ada dugaan penyerahan uang dari si profesor melalui Abdul Gani sebagai korban. Itu sebabnya penyidik Bareskrim Mabes Polri memanggil Abdul Gani sebagai saksi.
Sehari sebelum berangkat ke Mabes Polri untuk memenuhi panggilan, Abdul Gani yang berasal dari Probolinggo dipanggil Dimas Kanjeng melalui kaki tangannya untuk datang ke padepokan Dimas Kanjeng di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Abdul Gani datang ke padepokan karena dijanjikan uang Rp 20 miliar. Setelah sampai di padepokan, korban langsung dibantai oleh beberapa sultan yang dikomandoi Dimas Kanjeng.
Para sultan suruhan Dimas Kanjeng mengeroyok dan menjerat leher Abdul Gani menggunakan tali hingga nyawanya melayang.
Mayat korban lantas dinaikkan ke dalam mobil untuk dibuang ke Wonogiri, Jawa Tengah, malam hari. Korban dibuang di bawah jembatan dan nyaris tak terlihat warga.
Pihak kepolisian setempat mendapat laporan ada penemuan mayat. Personel Polda Jateng ikut turun tangan mengidentifikasi mayat Abdul Gani.
Setelah diidentifikasi, mayat dengan bekas jerat di leher dan luka di sekujur tubuh, sama dengan yang ditemukan di Situbondo, Jawa Timur. Hasil koordinasi Polda Jateng dengan Polda Jatim menyimpulkan, korban di bawah jembatan dilakukan orang yang sama terhadap korban lainnya yang ditemukan di Situbondo.
"Abdul Gani datang ke padepokan setelah dijanjikan uang oleh tersangka. Tapi setelah datang justru dibunuh oleh para sultan," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Argo Yuwono, Sabtu (24/9/2016).
Mayat yang ditemukan di Situbondo adalah Ismail Hidayah. Sebelum dihabisi, Dimas Kanjeng memerintah para sultannya menculik Ismail yang asli Situbondo dari rumahnya.
Ia dihajar habis-habisan oleh delapan orang di sebuah areal persawahan hingga tewas dijerat menggunakan tali. Ketika penganiayaan berlangsung, Ismail yang juga menguasai ilmu bela diri berusaha melawan.
Upaya yang dilakukan Ismail sia-sia karena diserang dari segala penjuru oleh oleh beberapa orang, sementar yang lain menjerat lehernya menggunakan tali dari belakang.
Dalam kondisi terjatuh, korban Ismail langsung diinjak-injak dan jeratan di leher ditekan semakin kuat. Korban yang sudah tewas lalu dibawa para sultan menggunakan mobil.
Mayat korban dikubur di sekitar hutan di Tegalsrono, Probolinggo. Setelah beberapa hari baru ditemukan warga setelah makamnya disantap anjing.
"Yang jelas Ditreskrimum Polda Jatim terus bekerja untuk menguak pembunuhan dua korban ini," kata Kombes Argo.
Dalam penanganan perkara pembunuhan uang yang diotaki Dimas Kanjeng, Polda Jatim membentuk dua tim. Tim pertama diisi personel Subdit Jatanras dan tim kedua disi personel Subdit Uang Palsu dan Tindak Pidana Pencucian Uang Ditreskrimsus Polda Jatim.
"Dalam tim ini Bidang Propam Polda Jatim juga dilibatkan. Tim ini di bawah naungan Ditreskrimum" tandas Argo Yuwono.
Perwira tiga melati di pundak ini menambahkan tim Upal dan TPPU akan mencari uang palsu yang ada di padepokan. Karena jumlah uang sangat banyak sehingga harus dipilah untuk menentukannya.
"Alat yang ada semuanya siap dan Selasa (27/9/2016) dilakukan rekonstruksi pembunuhan," jelas dia.
Pascapenangkapan, Dimas Kanjeng terus diperiksa penyidik untuk mengungkap pembunuhan berantai ini. Tak lama lagi polisi juga membongkar padepokannya. Mengingat jumlah orang yang menaruh uang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji sudah mendapat informasi uang milik Dimas Kanjeng dititipkan kepada seseorang di Jakarta. Jumlahnya mencapai Rp 1 triliun yang kini terus diselidiki penyidik.