Laporan Wartawan Surya, Rahadian Bagus
SURYA.CO.ID, MADIUN - Sejak 20 September hingga 3 Oktober 2016 mendatang arkeolog tim Balai Arkeologi Yogyakarta mengekskavasi situs Kedaton atau situs Ngurawan di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Penggalian di halaman milik warga bernama Gatot Suhanto itu dilakukan setelah sebelumnya dilakukan peninjauan oleh tim arkeolog pada Maret 2016, lalu.
Hasilnya tim menemukan dua umpak terbuat dari batu andesit berukuran besar tak jauh dari lokasi penggalian.
Kepala tim penelitian, Rita Istari, mengatakan ekskavasi yang baru sekali dilakukan ini diharapkan dapat mengungkap peninggalan budaya di situs Ngurawan.
"Jadi tujuan kegiatan ini untuk mengetahui bentuk dan karakter tinggalan arkeologi di situs Ngurawan ini, meliputi arsitektur dan luas sebaran situs," terang Rita ditemui di lokasi, Selasa (27/9/2016) siang.
Situs Ngurawan selain memiliki potensi tinggalan arkeologi, juga memiliki toponim atau nama tempat yang dapat dikaitkan dengan masa lampau.
Nama Ngurawan dikaitkan dengan nama Wurawan seperti yang ditulis dalam Prasasti Mula-Malurung berangka tahun 1177 saka atau 1255 masehi.
Prasasti itu dikeluarkan Raja Jayawisnuwardhana yang bergelar Narayya Smining Rat. Prasasti ini ditemukan di Kediri namun tidak lengkap karena tiga lempeng yang lain sudah hilang.
Pada sisi ke empat sampai enam di lempengan prasasti disebutkan Raja Jayawisnuwardhana telah mengangkat putrinya bernama Turukbali sebagai penguasa di Gelang-gelang, bersama suaminya Sri Jayakatwang.
"Banyak toponim, persamaan nama tempat dengan nama kerajaan zaman dulu. Ada Desa Doho, Desa Gelang. Dulu diasumsikan bahwa telah ditemukan prasasti yang menyebut nama Sri Jayakatwang, dia pernah memerintah di kerajaan Gelang-gelang," jelasnya.
Dikatakannya, Gelang-gelang diperkirakan berlokasi di antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan informasi dari penduduk di Kecamatan Dolopo, terdapat nama Dukuh Gelang di Desa Glonggong yang berbatasan dengan Dusun Ngurawan sekarang.
"Mungkinkah toponim nama dukuh tersebut dapat dikaitkan dengan nama Gelang-gelang yang disebutkan dalam Prasasti Mula-Malurung? Hal itu masih harus dilakukan penelitian lebih mendalam," ia menjelaskan kepada Surya (Tribun Network).
Selain itu, nama Jayakatwang dari Gelang-gelang ini juga disebutkan dalam Prasasti Kudadu berangka 1216 Saka atau 1294 Masehi yang ditemukan di Gunung Butak.
Jika dikaitkan dengan prasasti yang tertulis di sebuah umpak yang ditemukan tak jauh dari lokasi penggalian, diperkirakan usia bangunan terbuat dari susunan batu bata itu sama.
Kini umpak bertuliskan prasasti itu berada di halaman sekolah dan masjid milik Yayasan Ibadurohim/Madrasah Ibtidaiyah Throiqul Huda di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo.
"Di situ (umpak) tertulis angka tahun 1320 Saka atau 1398 Masehi. Yang tertera di umpak yang kami temukan, sehingga diperkirakan (usianya) hampir sama, satu zaman," terangnya.
Selama melakukan penggalian, selain menemukan struktur bangunan terbuat dari batu bata (tanah liat), tim juga menemukan pecahan atau fragmen dari bahan gerabah atau tembikar.
"Ada tempoyan, kendi, cawan juga ada pecahan keramik, juga rangka,"beber dia.
Temuan-temuan tersebut akan dikumpulkan dan didata selanjutkan akan diteliti lebih lanjut.
Sementara itu peneliti Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Sulistyanto yang ikut terlibat dalam penelitian memperkirakan situs Ngurawan dulunya pemukiman kuno yang ditempati warga beragama Hindu.
"Dulu di sini ramai sekali. Karena ada banyak bangunan-bangunan seperti ini. Ini menunjukkan, situs ini pusat kehidupan manusia tapi tingkat kecamatan," jelas Bambang.
Sampai saat ini belum diketahui apakah struktur bangunan di situs Ngurawan bersifat sakral atau hanya bangunan profan.
"Tapi yang jelas ini situs pemukiman kuno. Dan di sekitar desa ini ada banyak sekali," kata Bambang yang mengaku sudah berkeliling ke beberapa desa di Kecamatan Dolopo.