TRIBUNNEWS.COM -- Momon (36) -- bukan nama sebenarnya-- tampak duduk termangu menunggu antrean di Kantor Pengadilan Agama Samarinda, Jalan Juanda, Selasa (27/9/2016). Wanita yang tinggal di Jl Damanhuri, Samarinda tersebut sudah bercerai sejak 2003. Status janda yang melekat pada dirinya membuat ia harus hijrah ke Kota Balikpapan.
Sambil menyiapkan berkas surat pengajuan cerai, wanita dengan paras manis dan memiliki gigi ginsul ini mengaku terpaksa cerai karena orang ketiga.
Bercerai sebenarnya bukan kemauan Momon. Yang membuat dia sedih, mantan suaminya selingkuh dengan keluarganya sendiri, yaitu keponakan dari ibunya.
"Saya ngurus surat cerai, saya sudah cerai sejak 13 tahun yang lalu. Alasan cerai karena orang ketiga. Ini saya urus surat cerai karena surat cerai saya hilang," tuturnya.
Janda lulusan sekolah pesantren di Jawa tersebut mengungkapkan, kebanyakan perkara perceraian di Samarinda karena orang ke tiga, masalah ekonomi dan faktor media sosial.
"Dari pengakuan teman‑teman saya yang bercerai alasannya pasti faktor ekonomi. Paling banyak perselingkungan melalui media sosial, seperti Facebook, BBM dan sejenisnya. Terlalu asyik main di medsos orang tidak mempedulikan waktu, bahkan orang di sampingnya pun tak dihiraukan," ujarnya.
Momon sudah dua hari mengurus surat cerainya yang hilang. Untuk mengurus surat cerai dirinya mengeluarkan dana Rp 500.000. "Tergantung masalahnya, kalau saya dulu Rp 500.000, tidak tahu sekarang, " tuturnya.
Kalau ditanya apakah kecewa karena memilih cerai, itu pasti. Menurut dia, tidak ada orang yang menikah diakhiri dengan perceraian. Semua ingin pernikahan berujung bahagia. "Tapi saya ambil positifnya saja, mungkin jodoh saya dengan dia (mantan suami) hanya sampai di situ," kata Momon.
Wanita yang saat itu mengenakan hijab biru dan jaket abu‑abu tidak mempunyai prinsip hidup untuk seorang pasangan yang jujur dan bertanggung jawab.
"Kalau ditanya pria idaman saya tidak neko‑neko, yang penting dia jujur, setia dan tanggung jawab. Kalau pekerjaan itu urusan kedua. Calon suami saya yang baru ini hanya bekerja sebagai sopir," katanya.
Setiap harinya Momon bekerja sebagai penjaga warnet di daerah Damanhuri. Menjadi ibu sekaligus ayah untuk anak‑anaknya sudah biasa ia lakukan. Bahkan untuk menghidupi kedua anaknya Momon rela bekerja di perusahaan tambang hingga ke Balikpapan.
"Setelah bercerai saya down. Status janda itu membuat saya malu, apalagi mantan suami saya selingkuh dengan keluarga sendiri. Saya pun pergi meninggalkan Samarinda selama enam tahun, setelah itu kembali karena ibu saya sakit‑sakitan," ungkapnya.
Selama ini, mantan suaminya tak pernah memberikan nafkah. Untuk biaya sekolah anak‑anaknya Momon cari sendiri tanpa dibantu mantan suaminya.
"Komunikasi dengan mantan suami saya baik saja, saya sudah ikhlaskan, sebab yang dipikirkan saya adalah kebahagiaan anak‑anak," tandasnya. (dha)