"Saya shock saat itu dan sudah menyangka kalau kematian suami saya ada kaitannya dengan pedepokan."
"Tapi saya milih diam karena takut ada apa-apa dengan saya dan keluarga," jelasnya.
Saat selamatan tujuh hari suaminya, ia sempat didatangi oleh pihak kepolisian Wonogiri untuk dimintai keterangan.
Ia kemudian memilih diam dan tidak berani menceritakan masalahnya selama ini.
"Saya baru berani berbicara kepada orang banyak sekarang setelah Kanjeng Taat ditangkap oleh polisi. Sebelumnya saya hanya berani bicara pada polisi," ujarnya.
Erwin warga asal Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, tersebut mengaku 3 bulan sebelum suaminya ditemukan tewas, dia diungsikan pulang ke Banyuwangi dan tinggal kembali bersama orangtuanya.
Ia harus pindah karena suaminya akan membongkar kedok penipuan yang selama ini dilakukan oleh Taat Pribadi.
Saat itu, menurut Erwin suaminya sudah melaporkan Taat ke Jakarta.
"Suami saya wira-wiri Jakarta-Probolinggo untuk buat laporan itu. Saya diungsikan pulang ke Banyuwangi takut kalau ada apa-apa."
"Terakhir saya kontak suami saya 13 April tengah malam pulang dari Banyuwangi. Subuh kasih kabar kalau sudah sampaiProbolinggo," jelas perempuan kelahiran Banyuwangi, 13 Maret 1992 tersebut.
Sebelum memutuskan pindah ke Banyuwangi, Erwin dan Abdul Gani tinggal di Desa Semampir, Kecamatan Kraksaan,Probolinggo. (Kontributor Kompas.com Banyuwangi, Ira Rachmawati)