Laporan Wartawan TribunKaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Kawasan perbatasan mayoritas masih blank spot, jauh dari jangkauan telekomunikasi baik berbasis telepon maupun selular.
Hal itu menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang juga mesti disediakan pemerintah dan pemerintah daerah.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kalimantan Utara Ahmad Haerani menyebutkan, penyediaan sarana telekomunikasi yang handal di perbatasan sejatinya tengah dilaksanakan baik oleh pemerintah, pemprov, maupun pemkab setempat.
Hanya saja tuturnya, kondisi geografis perbatasan yang begitu luas menjadi tantangan yang tidak mudah.
"Kami perkirakan masih sangat banyak yang belum terjamah. Kami perkirakan 50 persen belum sampai," sebut Haerani saat disua Tribun di kantor gubernur Kalimantan Utara, Jumat (25/11/2016).
Beberapa daerah yang sudah terjamah menara telekomunikasi (BTS/base transceiver station) yang dibiayai APBD Kalimantan Utara sebut Haerani seperti Krayan, Sebatik, dan beberapa daerah pelosok Kabupaten Malinau.
Tahun 2016 ini tuturnya, pembangunan BTS merambah wilayah di perbatasan sepeti Long Layu dan Lumbis Ogong.
Selain itu, Dishubkominfo juga mendirikan BTS di beberapa titik di Bulungan seperti Desa Binai, Desa Silva Rahayu, Peso Hilir, Muara Sungai Kayan, dan SP 2 Tanjung Buka.
"Kami anggarkan di APBD murni 2016 ini semuanya mencapai Rp 5 miliar," ujarnya.
Progresnya diakui Ahmad Haerani belumlah signifikan. Beberapa di antaranya masih dalam tahap pendirian pondasi.
Menurutnya, bukan hanya konstroksi tower yang memakan waktu cukup lama. Proses pengangkutan material konstruksi tower ke lokasi pun terbilang sulit dan penuh rIsiko.
"Pernah ada perahu tenggelam di sungai karena muatannya cukup berat. Banyak besi baja. Itu salah satu kendalanya. Jarak yang ditempuh pun tidak pendek, utamanya di daerah-daerah perbatasan Malinau dan Nunukan," ujarnya.
Haerani memperkirakan, konstruksi satu tower saja bisa mencapai waktu lebih dari setahun. Rencananya tower-tower yang pembangunannya dianggaran di awal tahun 2016 ini baru bisa rampung tahun depan.
"Setelah itu kami komunikasikan dengan operator. Nanti mereka yang siapkan peralatannya untuk mendukung penyediaan signal telepon selularnya. Mungkin termasuk internetnya," sebut Haerani.
"Tetapi kadang-kadang juga persoalannya bagaimana operator dari segi bisnisnya. Tentu mereka utamakan dulu bagi daerah-daerah perbatasan yang sudah sedikit padat penduduk. Kami juga mendirikan menara BTS melihat parameter itu supaya operator juga mau masuk," ujarnya.
Adapun program tahun depan, Dishubkominfo sebut Haerani akan mematangkan pembuataan perencanaan telekomunikasi guna memfokuskan arah pembangunan infrastruktur telekomunikasi baik di pedalaman maupun perkotaan.
"Kami buat perencanaannya supaya fokus. Daerah mana saja selanjutnya yang prioritas. Kalau ada perencanannya yang jelas, maka akan mudah kami melakukan pembangunannya. Artinya biar lebih terarah, tidak satu-satu," ujarnya. (Wil)