TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN - Sebanyak 25 awak dan penumpang Kapal Layar Motor (KLM) Sinar Mutiara berhasil dievakuasi setelah 16 jam terapung di perairan Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang.
Mereka disambut isak tangis sanak keluarga begitu tiba di pesisir Desa Paseseh, Kecamatan Tanjung Bumi, Selasa (6/12/2016).
Kapal dengan panjang 75 meter dan lebar 10 meter bermuatan 710 ekor kambing dan 140 ekor sapi itu bertolak dari Pelabuhan Kelas III Telaga Biru dengan tujuan Banjarmasin, Kalimatan Selatan pada Senin (5/12/2016) sekitar pukul 13.00.
Namun empat jam kemudian, kapal karam setelah diterjang ombak di perairan Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang.
Kejadian tersebut mengakibatkan lost contact antara kapten kapal Ali Imron dengan pihak Syahbandar Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III, Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
"Ketika komunikasi terputus, kami mulai melakukan penyisiran. Dibantu kapal Petroleum Pioneer milik Petronas, Kapal Garuda Mas, dan kapal para nelayan. Alhamdulillah, semua selamat," ungkap Komandan Kapal SAR Kantor Unit Penyelenggata Pelabuhan Kelas III Telaha Biru, Edi Kuswanto usai evakuasi.
Ia menjelaskan, tenggelamnya KLM Sinar Mutiara itu bukan karena faktor kelebihan muatan, namun murni disebabkan cuaca buruk ketika kapal sudah meninggalkan pelabuhan.
"Tonase kotor kapal adalah 50 GT (Gross Tonnage). Sementara total bobot muatan 48 GT. Saat kapal berangkat, cuaca bagus. Belum ada warning dari BMKG (Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika)," tandasnya.
Berdasarkan keterangan Syahril (50), pemilik 40 ekor kambing asal Desa Paseseh, Kecamatan Tanjung Bumi, harga setiap satu ekor kambing yang akan dikirim ke Banjarmasin itu bervariasi.
Mulai seharga Rp 1,3 juta hingga Rp 1,5 juta. Begitu juga dengan harga setiap satu ekor sapi, mulai Rp 17 juta hingga Rp 20 juta. Total, nilai pengiriman sapi dan kambing itu berkisar Rp 3 miliar lebih.
"Terpenting, saya dan teman - teman bisa selamat. Urusan dagangan bisa dicari. Kejadian seperti ini sudah tiga kali menimpa saya."
"Pertama di Kalimantan Barat pada 2004, kedua tenggelam di Banjarmasin, dan sekarang ini yang ketiga," ungkap Syahril kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Ketika dijumpai di rumahnya, raut wajah bapak dengan tiga anak ini memang tidak menampakkan trauma.
Malahan, para saudara dan kerabatnya yang tak kuasa ketika menaham tangis saat datang menghampirinya.