Fitri tak sanggup lagi menangis dan berkata-kata tentang cobaan yang mendera dirinya pada hari seharusnya ia paling bahagia.
Fitri sempat merespon izin Serambi untuk bertanya dengan menganggukkan kepala, namun kemudian menangis dan menutup diri dengan selimut.
“Kajeut Neuk beuh, bek le tatanyoeng sapeu. (Sudah Nak ya, jangan tanya lagi apa pun),” kata salah seorang famili Fitri sambil mengusap pipi dan kepala Fitri.
Serambi pun langsung ke luar dan menyudahi wawancara tersebut.
M Yunus, ayah Fitri mengatakan, saat ini dirinya berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan kesedihan anaknya.
Ia tak menampik bahwa kesedihan yang mendera putri pertamanya itu sulit dipulihkan dalam waktu dekat.
“Hanya ada dua cara untuk menyembuhkan kesedihannya ini, pertama baca Alquran kedua shalat. Mungkin itu cara paling ampuh untuk menyembuhkan kesedihannya,” ucap M Yunus.
Sama seperti keterangan Rajiati, istrinya kepada Serambi sebelumnya, bahwa rencana resepsi kemarin sudah dipersiapkan jauh jauh hari.
Sedikitnya, 1.000 undangan telah dikabari untuk menghadiri hajatan putrinya kemarin.
“Ini kehendak Allah, ini cobaan bagi kami. Semoga di balik ini semua ada hikmahnya,” pungkas M Yunus.
Kini Fitria harus menanggung beban dan berjuang menghapus luka mendalam di hatinya.
Air mata duka bakal butuh waktu untuk membendungnya meski pelaminan akan dibongkar sebentar lagi.
Harapan hidup bersama dengan Suharnas sudah sirna. Fitri hanya bisa pasrah atas musibah yang menjadi kehendak Ilahi. Mungkin Tuhan punya rencana lain. (serambinews/subur dani)