News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ayah Mahasiswa Unesa yang Tewas Disambar Petir di Gunung Arjuno Histeris Lihat Jenazah Anaknya

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jayadi (kaus krem), bapak kandung Bintara Fredyansah(21) tak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah anaknya.

TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Wajah Jayadi (50), bapak kandung Bintara Fredyansah(21), mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Jurusan Pendidikan Keolahragaan yang tewas akibat tersambar petir saat perjalanan ke puncak Gunung Arjuno hanya bisa pasrah.

Tangisnya pun pecah saat mobil tim Basarnas tiba di Pos Izin Pendakian di Tretes, Kecamatan Prigen, Pasuruan , Rabu (14/12/2016) sekitar pukul 15.47.

Mobil itu membawa jenazah anak ketiganya dari tiga bersaudara.

Sudah hampir satu bulan tak bertemu dengan putranya, ia harus menerima kenyataan pahit.

Ia pun terpaksa melihat tubuh anaknya hanya terbujur kaku akibat sambaran petir.

Emosinya pun tak tertahan, hingga akhirnya Jayadi berteriak. Ia seolah tak percaya anaknya akan pergi mendahuluinya kembali ke sang khalik.

Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar yang ada di Pos Izin Pendakian.

Di dalam kamar itu, ia menangis sekuat - kuatnya. Jayadi seakan tak ingin menerima kenyataan itu.

Hingga akhirnya, seorang kerabat Jayadi menghampirinya di kamar. Pria itu membisikkan sesuatu ke Jayadi, dan akhirnya ia pun mau beranjak dari kamarnya.

Tak lama, Jayadi pun kembali melihat jenazah anaknya bersama tim Basarnas Surabaya.

Lagi - lagi, ia pun tak kuat menahan tangisnya , hingga akhirnya ia pun meminta untuk proses pemulangan jenazah Jayadi ke Bojonegoro dipercepat.

Paska meminta hal itu ke Basarnas, Jayadi bergegas menuju mobil yang ditumpanginya dari Bojonegoro.

Sekadar diketahui, Jayadi mendapatkan kabar anaknya mengalami musibah, Selasa (13/12/2016) malam.

Saat itu juga, ia memutuskan untuk berangkat langsung ke Pasuruan dengan menyewa sebuah mobil.

Ia datang ke Pasuruan dengan saudaranya. Ia sampai di Pasuruan, Rabu (14/12/2016) dinihari.

Sesampainya di dalam mobil, ada seorang pria yang memberikan handphone (hp) miliknya.

Jayadi langsung mengambil hp itu dan membawanya masuk ke dalam ruangan. Tak lama, proses pemulangan jenazah dipercepat.

Sekitar pukul 16.20, jenazah Bintara dimasukkan ke dalam ambulans dan dibawa ke RS Pusdik Gasum Porong untuk visum luar.

Setelah itu, jenazah dibawa ke Fakultas Unesa di Lidah, Surabaya. Rencananya akan ada penghormatan terakhir untuk Bintara, dan selanjutnya jenazah akan dibawa pulang ke rumah duka di Bojonegoro.

Kepada Surya, Jayadi mengaku berusaha ikhlas menerima kenyataan ini. Ia mengatakan bahwa Jayadi ini merupakan salah satu anak kesayangannya.

"Saya sangat ingin mengantarkan Bintara ini sukses meraih cita - citanya," katanya sembari mengusap air matanya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Dia mengaku sangat sedih dengan insiden ini. Namun, ia tidak bisa berkata banyak, karena semuanya sudah ditakdiran dan ini jalan yang terbaik.

"Saya hanya bisa pasrah dan mendoakannya agar tenang di Surga," ungkapnya.

Jayadi bercerita bahwa terakhir kali komunikasi dengan Bintara saat anaknya berpamitan untuk naik ke Gunung Arjuno.

Kala itu, ia sempat melarangnya. Alasannya, karena akhir - akhir ini cuaca sedang labil. Terkadang hujan , terkadang juga panas.

"Sudah sempat saya larang, tapi Bintara meyakinkan saya kalau semua akan baik - baik saja. Bahkan, Bintara berjanji tidak akan berangkat kalau hujan, akhirnya saya menyetujui itu meski berat," jelasnya sembari menyesali keputusannya mengizinkan sang putra naik ke Gunung Arjuno kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini