News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jeritan Honorer Bintan Ini Jadi Viral, ''Jangan Usir Kami Pak Bupati''

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bapak Bupati, Saya mengakui bahwa saya termasuk sebagai tenaga honorer bukan pada era Bapak. Namun, bagi saya pengabdian tidak mengenal waktu apalagi batasan kekuasaan. Pagi, siang bahkan terkadang hingga larut malam, kami terus bekerja dengan harapan dapat menyambung hidup bersama anak-anak.

Bapak Bupati, saat ini, Alhamdulillah saya sudah dikaruniai 3 orang anak. Dua laki-laki dan satu wanita. Ketiga-tiganya sedang tumbuh menjadi anak-anak yang riang, dan jika tidak ada halangan, tahun depan si Sulung sudah akan masuk sekolah dasar. Saya terpaksa harus menghidupi keluarga sendiri, karena suami saya telah meninggal dunia 4 tahun yang lalu.

Bapak Bupati, saya bisa masuk sebagai tenaga honorer karena saya mengajukan diri dan Alhamdulillah, Bupati sebelumnya mengakomodir keinginan kami. Saat itu, saya tidak tau harus bagaimana. Saya tinggal sendiri di perantauan, bersama tiga anak saya yang masih kecil. Jangankan untuk membeli susu anak, untuk makan saya saja, harus menghemat. Acap kali, tetangga samping rumah yang memberikan kami nasi, dan sedikit lauk pauk.

Bapak Bupati, dengan bekerja sebagai honorer inilah, kami bisa menyambung hidup. Saya bisa sedikit menyisikan dana untuk anak-anak. Sebagai lulusan SMA dan gaji 1.100.00, kami harus benar-benar bisa mengatur keuangan. Dari sewa kontrakan, listrik hingga kebutuhan sehari-hari. Sering kali, sepulang dari kantir, anak-anak saya menangis meminta jajan seperti kawan-kawannya, namun apa daya Pak Bupati, saya tidak bisa mengikuti keinginannya. Hanya dia yang bisa saya panjatkan, kelak anak-anak Saya, hidupnya tidak seperti ibunya.

Bapak Bupati, jujur saja. Saya sangat terkejut dengan keputusan Bapak untuk mendata ulang bahkan menseleksi tenaga honorer yang ada di Bintan. Sebagai tenaga staff, tentu yang saya tau, adalah bekerja sesuai dengan arahan pimpinan. Hari itu seolah-olah, saya harus mengulangi kisah dimana saya harus kehilangan suami dan membesarkan 3 buah hati sendiri. Rasa kalut, gundah, takut dan khawatir semua berkecamuk di benak saya, Pak.

. . . . 

Ada satu lampiran surat lagi, namun karena filenya kecil, tidak jelas dibaca.(Aminnudin)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini