Terhenti di suatu tempat, sebuah warung makan kaki lima dan konter HP ternyata sudah porak-poranda, pun darah merah dari tubuh kuda mengalir dengan derasnya.
Saat itu saya sedang berjalan-jalan di Malioboro untuk menghilangkan suntuk.
Melihat postingan dari grup terbuka di Jogja, ICJ (Info Cegatan Jogja), saya sontak mengelus dada.
Yang saya lihat saat itu hanya foto, yaitu kondisi etalase konter HP pecah, warung makan berantakan hingga bagian kaki kuda berwarna merah karena darah mengucur dengan derasnya.
Peristiwa naas itu terjadi sekitar jam 21.00 WIB.
Saat saya menuju ke rumah, di daerah jl. Wates km. 2, tepat di depan kantor Kelurahan Ngestiharjo, Bantul, tak jauh dari batas kota Jogja-Bantul, saya melihat kerumunan orang di sana.
Ternyata itu adalah kuda yang tadi diberitakan.
Yang saya heran, siapa yang membawa kuda sampai ke sini ya?
Perasaan posisi terakhirnya ada di Ngampilan, tapi kok tiba-tiba di jalan Wates.
Ternyata, setelah saya tanya di kerumunan orang yang menyaksikan kronologisnya sejak awal, kuda yang terluka parah ini sengaja digiring pulang ke daerah Mejing, dengan dituntun beberapa orang, termasuk pak kusir.
Ya ampun, kuda yang tubuhnya sudah kehabisan darah banyak ini masih kuat berjalan hingga 1 km?
Luar biasa memang. Ibarat orang kecelakaan, berdarah-darah, tapi dia masih dipaksa jalan dalam kondisi lemah.
Bagaimana perasaannya? Saya hanya prihatin, sangat prihatin.
Dalam kondisi seperti itu, kenapa makhluk Tuhan yang satu ini tak ada yang menolong?