Karena tidak paham tentang dunia kesehatan, wanita ibu rumah tangga ini hanya diam.
Setelah panas Yoga makin parah, Nopi kembali menanyakan kepada sang perawat. Tapi lagi-lagi tidak digubris.
Nopi pun menduga kematian si anak karena paracetamol kadaluwarsa.
“Bukannya hilang malah tambah panas. Selama dua hari tidak bisa beristirahat. Diberi obat antibiotik dan cairan tapi tidak turun panasnya. Minum ASI tidak seperti biasanya,” kata Nopi.
Sang suami, Wayan Nata, juga mengutarakan hal sama.
Nata sapaannya mengaku hingga kini masih heran dengan kematian sang anak.
Ia tidak tahu apa penyebab kematian si buah hati.
“Sebelum Kadek Yoga meninggal, saya sempat mimpi rumah keluarga diterpa angin kencang. Pintu kamar rumah saya rusak hingga lepas. Mungkin makna mimpi itu arahnya ke sini,” tutur Nata.
Nata hanya bisa pasrah dengan kematian anaknya.
Ia merasa tak punya "kekuatan" untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi.
"Sekarang saya hanya berharap anak saya tenang di alam sana," lirihnya.
Yoga menderita hidrosefalus sejak masih berumur satu bulan.
Awalnya, Yoga ditimpa pelangkiran (tempat meletakkan sesaji dalam kamar) saat baru berusia 20 hari.
Sejak itu Yoga mengalami kejang-kejang. Sang bayi kemudian dilarikan ke RSUD Karangasem hingga dirujuk ke RSUP Sanglah.