News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Kamari Pengumpul Sampah Plastik yang Temukan Ratusan Mayat di Bendungan Sengguruh

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kamari (63) relawan evakuasi mayat di Bendungan Sengguruh, bersama istrinya, Sutik (50) dan seorang cucunya. SURYA/DAVID YOHANES

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Bendungan Sengguruh adalah harapan terakhir untuk menemukan mayat yang terbawa arus Sungai Brantas.

Di bendungan ini, Kamari (63) adalah sosok yang mengevakuasi setiap mayat yang hanyut.

Tidak tanggung-tanggung, ratusan mayat sudah dievakuasi Kamari.

Warga Jalan Kramat, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak ini berkisah, sejak kecil dirinya memang sudah biasa bermain di Sungai Brantas hingga dibangun bendungan.

Di Bendungan Sengguruh inilah, Kamari kesehariannya mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah plastik untuk dijual kembali.

"Kalau yang lain di Sengguruh mencari ikan, saya mencari rongsokan. Karena saya tidak bakat kalau disuruh cari ikan," cerita Kamari.

Suami dari Sutik (50) ini setiap hari berjibaku dengan sampah di Sengguruh. Dalam satu hari penghasilannya sekitar Rp 30.000.

Namun di tengah kesibukannya mencari sampah, Kamari sering menemukan mayat.

Mayat yang selalu dalam keadaan membusuk itu kemudian dibawa ke pinggir oleh Kamari.

Bahkan Kamari juga sering dipanggil jika ada penemuan mayat di Bendungan Sengguruh.

Lelaki mungil yang ramah ini juga diminta membawa mayat ke pinggir, sebelum dievakuasi tim SAR ke kamar mayat.
Jika ditanya berapa mayat yang sudah dievakuasi, jawabannya 1001 mayat.

Angka tersebut melambangkan begitu banyaknya mayat yang sudah dievakuasi Kamari.

Jumlah pastinya, sekitar 250 hingga 300 mayat. Kamari mengaku kasihan jika ada mayat yang mengambang di Bendungan Sengguruh.

"Kasihan, kok terapung-apung seperti sampah. Makanya saya berusaha untuk membawanya ke pinggir," ucap Kamari.

Ayah dua anak ini sudah kebal dengan bau mayat yang membusuk. Bahkan Kamari mengaku tidak pernah mencium bau busuk mayat.

Karena setiap ada mayat yang dipikirkannya adalah lekas membawa ke daratan.

Kamari berkisah, pernah mengangkat mayat yang kondisinya sangat buruk.

Saat diangkat, tangan mayat tersebut terlepas dari tubuhnya. Namun Kamari tidak jijik, dan kembali mengambil potongan tubuh yang lepas.

"Mungkin karena sudah terlalu lama di air, makanya lepas. Sudah biasa, saya tidak risih sama sekali. Saya angkat dengan tangan saya," tutur Kamari.

Kakek tiga cucu ini memang diakui jasanya. Kamari tidak pernah mengharap pemberian, karena mengevakuasi mayat dilakukan dengan ikhlas.

Namun tim SAR dari PMI atau kepolisian kerap memberinya uang karena bantuannya tersebut.

"Kalau diberi ya saya terima, tapi kalau tidak diberi juga tidak apa-apa. Tujuan saya memang menolong, bukan mencari upah," tambahnya.

Baca: Pesan Kesedihan dalam Buku Harian Napi yang Tewas Gantung Diri

Perahu Baru
Selama ini, Kamari selalu mengandalkan perahu tua. Perahu tersebut juga menjadi sandaran hidupnya, untuk memungut sampah plastik untuk dijual kembali.

Namun nahas, perahu tersebut kini bocor parah. Bahkan kebocorannya tidak mungkin ditambal lagi.

Sudah tiga bulan Kamari harus berhenti mengarungi Bendungan Sengguruh.

Pekerjaan mengumpulkan sampah dilakukan hanya dari tepi bendungan.

Namun jasa besar Kamari yang sudah mengevakuasi ratusan mayat di Bendungan Sengguruh mendapat perhatian dari kepolisian, pemerintah, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Kepanjen Lighting Bikers Community (KLBC).

Kamari mendapat hadiah kejutan berupa perahu baru.

Perahu berwarna kuning, putih dengan garis lengkung biru ini diserahkan langsung di Bendungan Sengguruh, Minggu (5/2/2017).

Penyerahan dilakukan Kapolsek Kepanjen, Kompol Mas Ahmad Sujalmo, Camat Kepanjen Abai Saleh, perwakilan RAPI dan KLBC.

"Kami mengapresiasi jerih payah Pak Kamari selama ini. Ini bentuk bentuk apresiasi kami bersama kawan-kawan komunitas," ucap Sujalmo.

Sujalmo menambahkan, Bendungan Sengguruh sangat penting untuk menemukan mayat yang hanyut di Sungai Brantas.

Sebab bendungan ini muara dari aliran sungai dari Kota Malang.

Karena itu peran Kamari yang mengevakuasi mayat juga sangat diperlukan.

Bukan saja perahu, Abai Saleh menjanjikan bedah rumah untuk Kamari.

Bantuan ini sebagai bentuk apresiasi kerja kemanusiaan yang dilakukan Kamari selama ini.

"Sebagai camat saya menghargai rasa kemanusiaan Pak Kamari. Dalam waktu dekat saya akan mengadakan bedah rumah beliau," janji Abay.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini