TRIBUNNEWS.COM, TARAKAN -- SAAT mendengar letusan pistol, Santi, suami Vulla sedang duduk di lantai rumah tetangga. Dia pun kaget, dan langsung berdiri berteriak memanggil nama suaminya. "Vulla, Vulla, Vulla!," teriaknya sambil memegang mulut dengan kedua tanganya.
Usai berteriak, badan Santi bergetar. Ketika mendengar bahwa suaminya tewas ditembak polisi, ia tiba‑tiba langsung pingsan. Santi yang masih menggunakan baju penuh bercak darah tidak sadarkan diri.
Melihat kondisi Santi pingsan, tetangganya langsung membantu memberikan air minum bagi Santi. "Santi bangun Santi! Bangun Santi! Jangan kamu begitu," ujar tetangganya sambil menepuk‑nepuk wajah Santi.
Tidak lama kemudian, Santi yang tadinya pingsan langsung terbangun dibantu angggota PMI Tarakan.
Santi langsung dibawa ke Mapolres Tarakan untuk dimintai keterangan terkait penyanderaan yang dilakukan suaminya.
Santi mengaku, sudah tiga bulan bersama suaminya menjaga tambak. Setiap pulang dari tambak ia selalu menginap di rumah kakaknya untuk beberapa hari. Setelah itu bersama suaminya masuk lagi ke tambak.
"Saya dan suami baru dua hari ini pulang dari tambak dan menginap di rumah kakak. Saya juga tidak tahu kenapa suami saya bisa menusuk kakak saya secara tiba‑tiba. Mungkin suami saya lagi stress, saya juga tidak tahu," ujarnya sambil menghapus air matanya.
Wakapolres Tarakan Kompol Risky Fara Shandy yang ikut membantu dalam pembebasan penyanderaan mengaku, saat ini sedang mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi yang melihat dan menyaksikan penyanderaan ini, termasuk istri Vulla.
"Kami masih kumpulkan keterangan dari beberapa saksi. Namun kami melihat motif permasalahannya ada dua. Pertama diduga permasalahan keluarga dan diduga motifnya kejiwaan. Ini yang masih kami lakukan pemeriksaan lebih lanjut," katanya. (jnh)