News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mbah Gotho Meninggal di Usia 146 Tahun, Pesan Nisan Sejak 1992

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mbah Gotho meniup lilin kue ulang tahun bersama kerabat dan tetangga, pada 31 Desember 2016. TRIBUN JATENG

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro

TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - "Sudah tujuh hari terakhir simbah sudah nggak mau makan sampai akhir hayatnya," ujar Suryanto mengawali cerita kepada TribunSolo.com, Senin (1/5/2017). 

Suryanto merupakan cucu yang merawat Mbah Gotho, pria asal Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang diketahui berusia 146 tahun. Ia disebut-sebut manusia tertua di dunia. 

Mbah Gotho sudah sakit sejak 12 April 2017 dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soehadi Prijonegoro, Sragen.

"Tapi simbah sudah tidak suka dirawat di rumah sakit bahkan ia pernah meminta daripada disuntik-suntik mending dibuang ke nggawan (Bengawan Solo)," cerita Suryanto.

Warga mengusung jenazah Mbah Gotho, pria berusia 146 tahun, menuju mobil ambulans untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Panggung, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Minggu (30/4/2017) pukul 11.00 WIB. TRIBUNSOLO.COM/IMAM SAPUTRO

Mbah Gotho meminta pulang dari rumah sakit pada 18 April 2017. "Simbah marah kemudian minta pulang, saya bilang dokter dan diperbolehkan," beber dia.

Menurut Suryanto, belakangan ini Mbah Gotho ketika ditanya mempunyai keinginan apa ia mengatakan hanya ingin mati.

Pria asal Klaten ini bahkan sudah menyiapkan nisan, kayu untuk peti dan sebidang tanah di pekuburan desa setempat. Nisan itu dipesan Mbah Gotho semenjak 1992.

"Kijing atau nisan itu sudah ada sejak 25 tahun lalu, simbah yang pesen sendiri, sudah ada namanya juga," Suryanto menambahkan.

Warga menyiapkan nisan yang sudah dipesan sendiri Mbah Gotho sejak 25 tahun lalu. Pria asal Sragen ini meninggal di usia 146 tahun pada Minggu (30/4/2017) dan dimakamkan di TPU Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen pukul 11.00 WIB. TRIBUNSOLO.COM/IMAM SAPUTRO

Kayu untuk membuat peti juga sudah ada. Karena masih berbentuk kayu dan papan, untuk pemakaman Mbah Gotho terpaksa petinya beli.

"Sementara kayu dan papan ikut dikubur."

Suryanto mengungkapkan kakeknya berpesan ke anak cucunya untuk mengikhlaskannya. Begitulah keinginan dan pesan Mbah Gotho.

Sebelum meninggal kondisi fisik di hari terakhir Mbah Gotho hidup tampak sehat dan kuat. Ia sempat meminta cucu untuk membantunya berdiri dan jalan-jalan.

Jenazah Mbah Gotho disemayamkan di rumah cucunya di Dukuh Segeran RT 018/RW 008, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Minggu (30/4/2017). TRIBUNSOLO.COM/IMAM SAPUTRO

"Ya dikira sudah ada kemajuan, tapi ndak taunya malah sorenya simbah meninggal, " kata Suryanto.

Dalam riwayat hidup Mbah Gotho yang dibacakan di upacara sebelum pemakaman, almarhum memiliki 4 istri, 5 anak, 25 cucu, 17 cicit dan 12 canggah.

Mbah Gotho dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Panggung, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, pukul 11.00 WIB.

Warga yang mengiringi pemakaman Mbah Gotho berjumlah ribuan. Mbah Gotho meninggal pada Minggu (30/4/2017) pukul 17.45 WIB.

Tampak Ketua DPRD Kabupaten Sragen, Bambang Slamekto dan Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno, juga ikut melayat ke rumah duka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini