Untuk mengungkap tanda alas kaki, biasanya CSI memeriksa secara dekat dengan cahaya langsung yang kuat atau menggunakan sinar ultra violet atau laser.
Personel CSI memiliki teknik khusus bagaimana memperjelas jejak yang kurang jelas seperti debu, lumpur, pasir, darah, lemak, dengan serbuk atau bahan kimia.
Di tempat kejadian, bekas jejak dapat difoto atau diangkat menggunakan daya tarik elektrostatik, pita perekat atau gel.
Tapi, jika dimungkinkan bekas di mana tanda tersebut ditemukan harus dibuat serta harus dianalisis kembali ke laboratorium CSI.
Tentu saja jejak sepatu membawa bekas tanah kering, vegetasi dan serbuk kering seperti darah atau serat dari karpet. Semua ini dapat digunakan untuk menghubungkan sepatu dan peristiwa kejahatan.
Dari jejak sepatu itulah dapat memberitahu siapa pelakunya, dengan cara swabbing di bagian dalam sepatu untuk diambil DNA-nya.
Hal penting lainnya yaitu menilai suatu peristiwa kejahatan dengan melacak tanda atau pola di sekitar tempat kejadian. Penentuan pertama dapat memperjelas siapa, melakukan apa, dan kepada siapa.
"Pelaku kejahatan sering membuang pakaian yang mereka gunakan ketika terkontaminasi dengan darah, tetapi mereka jauh lebih enggan untuk menyingkirkan sepatunya. Seperti dapat dilihat dari foto yang menunjukkan setitik darah kecil, yang tanpa terasa dibawa tersangka yang bisa menghubungkannya dengan perbuatan dan terhadap korban," ungkap Bripka Agung.