TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga Sabtu siang, sebanyak 213 dari sekitar 200 napi dan tahanan yang kabur pasca-kerusuhan dari Rutan Klas IIB Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, berhasil ditangkap petugas.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Riau, Kombes Guntur Aryp Tejo, saat dihubungi, Sabtu (6/5/2017).
"Yang sudah berhasil kami tangkap sampai siang ini 212 orang," ujar Guntur.
Menurut Guntur, seratusan napi dan tahanan yang kabur berhasil ditangkap petugas kepolisian dan rutan saat bersembunyi di perumahan warga sekitar rutan.
Seratusan napi dan tahanan lainnya ditangkap petugas saat melakukan pelarian di beberapa kabupaten dengan angkutan umum dan elf.
"Ada yang ditangkap di Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis. Sebagian tertangkap petugas yang melakukan razia di jalan dan perumahan. Sejauh ini, belum ada yang tertangkap atau menyeberang ke Sumatera Barat," ujarnya.
Sampai saat ini, ratusan personel kepolisian dari Polda Riau dan sejumlah polres masih melakukan pencarian dan pengejaran terhadap para napi dan tahanan yang masih melarikan diri.
Sampai saat ini, ratusan personel dari Brimob dan Sabhara Polda Riau dan Polresta Pekanbaru dibantu Satpol PP masih berjaga-jaga di sekeliling komplek rutan.
Satu 1 SSK anggota TNI dari kodim setempat melakukan pengamanan di dalam rutan untuk perbantuan pengamanan mediasi.
"Sekarang rutan sudah kondusif dan para napi dan tahanan yang tadi berkeliaran di lapangan sudah kembali ke blok masing-masing, ke Blok B dan C. Sebagian lagi sedang melakukan bersih-bersih sisa kerusuhan kemarin," katanya.
Diberitakan, kerusuhan disertai bentrok fisik terjadi di Rutan Klas IIB Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, terjadi pada Jumat siang kemarin, menjelang para penghuni dikeluarkan dari sel untuk pelaksanaan Salat Jumat.
Pembakaran dan perusakan fasilitas rutan dilakukan para napi dan tahanan.
Minimnya petugas sipir yang berjaga membuat aksi kerusuhan tersebut dimanfaatkan 200 sampai 300 napi dan tahanan untuk melarikan diri dari rutan.
Penyebab kerusuhan sendiri diduga dipicu kelebihan kapasitas, minimnya fasilitas air dan adanya pelayanan atau perlakuan petugas rutan yang tidak mengenakkan.