Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Pelajar SD Negeri Ciwangi, Kabupaten Purwakarta, Jumat (12/5/2017), pukul 06.00 WIB sudah bergelut mengkaji kitab kuning.
Para pelajar kelas IV dan VI ini mempelajari kitab Safinatun Najah karangan Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami, yang membahas tentang hukum Islam dan ketuhanan.
Mereka belajar per kelas dipandu seorang santri pesantren. Sang guru membaca kemudian menjelaskan isi kalimat per kalimat di dalam kitab tersebut.
Kitab itu terdiri dari matan atau naskah awal terletak di sisi kitab. Lalu syarah atau penjelasan matannya terletak di tengah kitab.
"Yang dibaca sama siswa dan siswi tadi itu matannya," ujar Solihah, guru mengaji kitab kuning.
Pengajaran kitab kuning menjadi kebijakan Pemkab Purwakarta yang sudah berjalan sejak awal tahun. Kitab kuning diajarkan dua jam pelajaran dalam sepekan. Di awal, sejumlah pelajar kesulitan.
"Untuk anak-anak yang sudah lancar membaca Alquran, mungkin cepat dalam menangkap pelajaran yang diberikan," Solihah menerangkan.
Menurut dia dengan siswa mempelajari kitab kuning, generasi muda dapat memahami agama Islam dengan baik.
"Tujuannya begitu, mengubah paradigma belajar agama itu hanya membaca, tapi kali ini juga mengkaji dan memperdalam, tidak hanya membaca saja," beber Solihah.
Pelajar kelas V, Titin (11), mengaku awalnya kesulitan membaca kitab kuning. Belakangan, ia mulai terbiasa.
"Saya baru tahu ada kitab kuning, setelah membaca di internet ternyata memang harus dipelajari dan isinya benar-benar mempelajari agama dengan lebih dalam," ungkap Titin.