Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Aliansi Masyarakat Kalbar untuk Kemerdekaan Palestina menggelar peringatan International Quds Day 2017 di bundaran Sebelas Digulis, Jalan Jend A Yani, Pontianak, Jumat (23/6/2017) sore.
Puluhan orang dalam aksi damai ini tak hanya membawa sejumlah poster. Namun juga menggelar Stand Up for Palestine serta membagi-bagikan selebaran kepada pengendara yang melintas.
Koordinator aksi, Muhammad Reza (32), mengungkapkan Hari Solidaritas Al Quds Internasional menjadi momentum global tahunan untuk menggemakan kembali teriakan pembebasan Palestina.
"Hari yang mulia ini tak hanya sekedar pembelaan terhadap sebuah bangsa yang tertindas, yang terusir dari rumah dan tanahnya," ungkap Reza di sela aksi.
Menurut dia, para penjajah era modern berupaya mengalihkan kita dari isu Palestina. Mereka ingin masyarakat dunia terpecah belah dan sibuk dengan urusan domestik mereka sendiri sehingga lupa dengan Palestina.
"Berbagai upaya dilakukan rezim zionis dengan dukungan sistem arogan yang ditukangi Amerika Serikat dan Inggris, termasuk melahirkan dan mengembangkan kelompok teroris ISIS, kelompok teror aneh yang mengatasnamakan Islam tapi justru tak memperjuangkan simbol Islam yang sedang sekarat bernama Palestina. Sikap yang justru memudahkan kita untuk mengetahui ada di pihak manakah mereka sesungguhnya," papar dia.
Al Quds dan Masjid Al Aqsha telah menjadi parameter kebenaran dan timbangan keadilan, yang mampu memberikan penilaian atas jati diri kita sesungguhnya, menghamba pada Tuhan Yang Maha Esa atau malah bersimpuh di hadapan iblis.
Dijelaskan Reza, demikian pula bendera Palestina, kini telah menjadi panji perjuangan, yang andaikan bendera itu dijatuhkan oleh segolongan orang, maka niscaya akan muncul golongan lain, yang lahir dari hati dan jiwa orang-orang Palestina yang akan mengibarkan kembali panji tersebut.
"Hari ini telah menjadi gerakan pembelaan yang jauh lebih luas dari masalah Palestina, yakni perlawanan atas arogansi dan sistem hegemoni gobal," ia menambahkan.
Dalam aksi ini, para aktivis menyampaikan enam poin pernyataan sikap. Pertama, pilihan solusi bagi konflik di bumi Palestina hanyalah Solusi Satu - Negara (One - state Solution).
"Karena solusi dua negara berarti pengakuan terhadap eksistensi rezim apartheid zionis Israel yang justru bertentangan dengan semangat pembukaan UUD 1945," ucap Reza.
Poin kedua, memulangkan kembali para imigran gelap Israel yang berasal dari luar tanah Palestina, karena kehadiran mereka hanya menimbulkan perpecahan di internal bangsa Palestina, yang semula hidup rukun dan bersatu, serta mengukuhkan bahwa Israel sesungguhnya adalah 'negara' apartheid dan rasis yang menolak mengakui etnis lain sebagai warga negaranya.
"Ketiga, mendesak pihak-pihak yang selama ini bertindak kontra-produktif, sehingga membuat kita lalai dari isu Palestina, untuk menghentikan provokasinya di kawasan dan belahan bumi lainnya. Kita semua harus kembali pada isu utama, yakni Kemerdekaan Palestina," terangnya.
Keempat, mengutuk aksi-aksi terorisme di berbagai belahan dunia, karena semua itu merupakan bagian dari proxy/ perpanjangan tangan rezim zionis untuk memecah konsentrasi dan fokus utama kita.
"Kelima, spirit Al Quds adalah perlawanan atas kezaliman, karena itu bangsa Indonesia siap berperang melawan berbagai plot kezaliman dan aksi teror yang diagendakan oleh musuh-musuh bangsa ini," urainya.
Keenam, meminta seluruh elemen Bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan demi menghadapi agenda-agenda licik pihak-pihak yang ingin mengasai bumi Indonesia.
"Kita adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat, yang senantiasa akan berdiri tegak dihadapan penjajahan dan kezaliman antek-antek iblis di bumi ini," sambungnya.