Laporan Wartawan Tribun Manado Nielton Durado
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Gerakan radikalisme tidak selamanya harus dilawan dengan senjata, tapi dengan pendidikan kita bisa memotong akar paham radikal.
Itulah yang dikatakan dr. Taufik Pasiak ketika menghadiri Dialog Terbuka yang diselenggarakan oleh Pemuda Pancasila Sulut dan Keluarga Besar Pemuda Justisia (KBPJ) Sulut, Jumat (23/6) di Wale Kopi Kecamatan Sario Sore tadi.
Menurut Pasiak, jika menggunakan senjata kita hanya bisa menghabisi orangnya saja. Tapi dengan pendidikan yang baik kepada generasi muda, maka gerakan itu sendiri bisa dicegah.
"Kalau kita sering memberikan pendidikan Pancasila kepada anak muda kita, otomatis radikalisme tidak akan bertumbuh di negara Indonesia," ujar dia.
Senada dengan Taufik, Ketua Harian Pemuda Pancasila Sulut Dr Hendrik Manossoh, meminta agar pemerintah mengembalikan mata pelajaran Pancasila kedalam kurikulum pendidikan.
"Kami sangat berharap pemerintah melalui dinas pendidikan bisa mengkaji kembali usulan ini. Karena diatas angkatan tahun 1998, itu pemahaman terhadap kebangsaan dan nasionalisme itu sudah sangat merosot," ucap Hendrik.
Maka dari itu mengembalikan pendidikan Pancasila adalah jawaban yang tepat bagi generasi muda saat ini.
"Dengan banyaknya paham yang masuk ke Indonesia, saya pikir ini adalah waktu yang tepat. Jangan hanya sampai di tingkatan SMA, bila perlu Pendidikan Pancasila ini harus masuk ke tahapan Universitas pula," urai dirinya.
Roy Maramis, Ketua Keluarga Besar Pemuda Justitia Sulut mengaku kegiatan dialog publik ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya radikalisme.
"Intinya kami ingin berikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya radikalisme, makanya dengan adanya dialog ini kami berharap masyarakat lebih berhati-hati," tandasnya. (nie)