“Rata-rata orang yang menolak diperiksa itu orang yang sudah punya jabatan semua. Kalau orang awam, apalagi orang asing, tanpa kita suruh, mereka tahu. Tetapi warga kita sendiri yang merasa tinggi, begitu. Ya, tapi enggak semua sih,” jelas Ajeng.
Sakit dan merasa direndahkan adalah kata yang dapat menggambarkan perasaannya saat itu.
“Di situlah mental kita dibentuk, mau enggak mau itu sudah risiko pekerjaan kita, mau ngga mau kita harus sabar menghadapi penumpang itu,” kata Ajeng.
Saat itu, Ajeng mendapat bantuan dari petugas lain untuk menghadapi pria tersebut. Ajeng juga bercerita dirinya sempat syok dan menangis.
Bahkan ia sempat berpikir untuk keluar dari pekerjaannya sebagai petugas keamanan.
“Syok, udah ingin pulang. Ya namanya cewek, apalagi saya orangnya baper,” kata dia sambil tertawa.
Dari total 96 petugas keamanan Bandara Husein Sastranegara, hanya terdapat 19 orang petugas keamanan berjenis kelamin perempuan, satu di antaranya adalah Ajeng.
Ia mengaku betah bekerja sebagai petugas keamanan bandara hingga saat ini. Untuk menambah penghasilannya, ia memiliki usaha sampingan di bidang pertanian.
“Ada sih sama suami, bertani di Pangalengan. Yang ngurus (pertanian) sih saudara,” tutur Ajeng menceritakan usaha sampingannya.