TRIBUNNEWS.COM, TEGAL- Ketua DPD Golkar Kota Tegal, Wasmad Edi Susilo, mengaku pihaknya secara pribadi dan kelembagaan ikut prihatin dengan tertangkapnya Siti Masitha Soeparno.
"Tersandung kasus hukum itu merupakan perilaku pribadi bukan atas nama kelembagaan," kata pria yang akrab disapa Wes itu, Jumat (1/9/2017).
Pasangan Siti Masitha Soeparno- Nursholeh melenggang pada Pilkada Kota Tegal 2013.
Mereka mengalahkan saingan dan berhasil menjadi orang nomor satu dan dua di Kota Tegal.
Baca: Di Dalam Tahanan, Bunda Sitha Banyak Isi Waktu dengan Beribadah
Pasangan ini diusung Partai Golkar dengan Nasdem sebagai partai pendukung.
Ia menceritakan saat pertama kali mengusung Siti Masitha sebagai calon wali kota.
Perintah dari DPP Golkar lah yang membuat dirinya di DPD Kota Tegal dan DPD Provinsi Jawa Tengah all out mendukungnya untuk menjadi wali kota.
"Meski dia buka kader Golkar, dan juga bukan orang asli Kota Tegal, perintah dari DPP lah yang membuat kami bergerak untuk memenangkan dia," jelasnya.
Meskipun demikian, setelah duduk di kursi tertinggi daerah itu, perjalanan dan romantisme hubungan tidak sesuai yang diharapkan.
Wes mengatakan Siti Masitha tidak menjalin komunikasi dengan partai secara baik.
"Padahal, semua orang yang diusung Golkar dan berhasil menjadi kepala daerah, wajib hukumnya berkomunikasi dengan partai," tegas Wes.
Baca: Aksi Akil Mochtar Sembelih Hewan Kurban di Lapas Sukamiskin
Sejumlah kebijakannya pun dianggap berseberangan dengan misi dan visi Golkar.
Misalnya, kebijakan memperlakukan aparatus sipil negara (ASN) atau pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot Tegal.
Seperti diketahui, hubungan Sithi Masitha dengan bawahannya tidak mulus.
Ketidakharmonisan lokomotif dan gerbong itu berujung kepada keluarnya surat perintah wali kota untuk me-nonjob-kan sejumlah PNS yang kerap kali mengkritiknya.
Para PNS pun akhirnya menggugat wali kota.
Keputusan hukum terakhir memenangkan PNS.
Artinya, wali kota harus mengembalikan jabatan mereka.
"Sebagai warga negara Indonesia yang baik, segala putusan hukum terakhir harus dilaksanakan," ucap pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Kota Tegal itu.
Wes mengatakan merasa kecolongan karena mengusung Masitha.
Golkar juga mengalami 'kerugian' saat Masitha menjabat wali kota.
Dikatakan, bukannya lebih baik, Golkar justru terpuruk karena jumlah kursi di DPRD berkurang setelah Masitha jadi wali kota.
"Awalnya enam kursi. Setelah pemilu 2014, berkurang jadi empat. Setelah ini, diharapkan lebih banyak lagi, minimal enam kursi," imbuhnya.(Mamdukh Adi Priyanto)
Artikel ini telah tayang di Tribun Jateng dengan judul: Golkar Merasa Kecolongan Calonkan Siti Mashita