News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

OTT Wali Kota Tegal

Jejak Sejarah Adik Kandung RA Kartini Di RSUD Kardinah dan Kasus Wali Kota Tegal Siti Masitha

Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bagian depan sebelah timur RSUD Kardinah Kota Tegal yang merupakan milik Pemkot Tegal, Kamis (31/8/2017).

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto

TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan (OTT).

Ia tersandung sejumlah kasus hukum sehingga dinonaktifkan di pemerintahan.

Satu di antaranya kasus dugaan suap pengelolaan dana jasa kesehatan di RSUD Kardinah Kota Tegal.

Lebih khusus lagi, proyek pembangunan gedung ICU-PICU pusat medis tersebut.

Selain Siti Masitha, KPK juga menetapkan pengusaha Amir Mirza Hutagalung serta Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Kardinah Cahyo Supriadi sebagai tersangka.

Baca: Wali Kota Tegal Kantongi Duit Rp 5,1 Miliar Dari Setoran Kepala Dinas Hingga Fee Proyek

Amir merupakan orang kepercayaan Masitha yang mendeklarasikan diri menjadi pasangannya sebagai bakal calon wakil wali kota di Pilwakot 2018.

Rumah Sakit Kardinah yang berumur 90 tahun menjadi saksi bisu terhentinya "sepak terjang" Masitha dan Amir Mirza di Tegal.

Di rumah sakit itu, ada dua ruangan yang disegel KPK, Bagian Keuangan dan Direktur.

Tukang mengerjakan proyek pembangunan gedung ICU-PICU RSUD Kardinah Tegal, Kamis (31/8/2017), yang disebut-sebut menjadi objek suap bagi Wali Kota Siti Masitha. (TRIBUN JATENG/MAMDUKH ADI PRIYANTO)

RSUD Kardinah sudah lama berdiri, usianya lebih tua daripada republik ini.

Sesuai catatan sejarah, pusat kesehatan tersebut mulai digunakan tahun 1927.

Baca: PNS Nonjob Saat Masitha Berkuasa di Kota Tegal Sambut Janji Ganjar

Saat itu bernama Balai Pengobatan.

Pendirinya adalah RA Kardinah, adik kandung dari tokoh emansipasi wanita asal Jepara, RA Kartini.

Dia juga adik tiri dari RA Roekmini.

Kisah ketiganya diceritakan dalam film biopik besutan Hanung Bramantyo, "Kartini".

Kardinah bersuamikan RM Reksoharjono yang merupakan keturunan atau trah dari Reksonegoro IX, bupati Tegal saat itu.

"Dari perkawinan itu, mereka tidak mendapatkan keturunan. Kemudian mengangkat anak bernama Susmono yang selanjutnya juga menjadi bupati Tegal," kata sejarawan pantura, Wijanarko, Jumat (1/9/2017).

Patung RA Kardinah terpajang di lobi kantor RSUD Kardinah Tegal, Kamis (31/8/2017). (TRIBUN JATENG/MAMDUKH ADI PRIYANTO)

Menjadi istri bupati tidak menjadikan Kardinah sekadar "kanca wingking".

Keberhasilan suaminya menjadi bupati justru mendapat pengaruh dari pengabdiannya.

Tidak jauh dari upaya Kartini dan Roekmini yang mengabdi kepada masyarakat, begitu pula dengan Kardinah.

Karena kepeduliannya pada masyarakat Tegal, Kardinah mendirikan rumah sakit.

Kemudian sekolah keterampilan untuk anak-anak tidak mampu.

"Serupa dengan sosok Kartini dan Roekmini, Kardinah banyak membantu suaminya yang saat itu menjabat sebagai bupati. Kardinah juga mendirikan sekolah kepandaian putri dan keterampilan," jelas Wijan.

Balai Pengobatan didirikan dengan biaya 16.000 gulden.

Konon, sumber uangnya adalah hasil penjualan bukunya tentang membatik dan memasak.

Pada tahun 1920-an, Kardinah sedikit dari orang jajahan di Hindia Belanda yang sudah menulis buku.

Sekarang RSUD Kardinah berdiri di atas tanah seluas 50.083 meter persegi.

Kisah kehidupan Kardinah sungguh tragis.

Dia terusir dari Tegal ke Salatiga karena difitnah sebagai antek kolonial.

Dia diarak sekelompok orang pimpinan Koetil saat Peristiwa Tiga Daerah pasca-proklamasi kemerdekaan.

Fisik dan hatinya terluka, bertekad membantu masyarakat malah dituduh prokolonial.

Ketika meninggal pada 1971, jasadnya dikubur di Tegal, bukan di Salatiga atau Rembang.

Tepatnya di pemakaman Sunan Amangkurat I di Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Adapun rumah sakit yang diambil alih Belanda saat Kardinah menetap di Salatiga, kemudian diserahkan ke Pemerintah Kota Tegal setelah pengakuan kedaulatan.

Bangunan rumah sakit yang ada di sebelah selatan saat ini merupakan bangunan asli yang didirikan Kardinah.

"Ironis, saat rumah sakit digunakan Kardinah untuk semangat menolong masyarakat justru 'dirusak' oleh kepala daerah yang juga sama-sama perempuan. Meski mempunyai gelar kebangsawanan KMT (Kanjeng Mas Tumenggung), Masitha merusak spirit sosial Raden Ajeng Kardinah," sesal Wijanarko.

Menurutnya, Masitha tak pernah belajar dari sosok yang mendirikan rumah sakit tersebut.

Sama sekali pula tak belajar dari kultur masyarakat Tegal.

"Kardinah merupakan perempuan perkasa yang menghargai sistem kerja sama. Dia wanita cerdas yang lancar berbahasa Belanda. Seharusnya wanita yang dipanggil Bunda itu ngemong, ngayomi rakyat," imbuhnya.

Berita ini sudah dimuat di Tribunjateng.com dengan judul: KISAH Rumah Sakit Kardinah yang 'Mengakhiri' Sepak Terjang Masitha, Jejak Adik Kandung Kartini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini