TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi menerima penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (14/9/2017).
Imam mengungkapkan anugerah gelar akademik ini luar ekspektasinya.
Dengan terbata menahan haru, pria yang menuntaskan S1 selama 7 tahun ini mengungkapkan rasa terima kasihnya pada semua pihak yang mendukungnya selama ini.
Bapak 7 anak ini merasa darma bhakti yang harus dipersembahkan kepada negeri ini masih jauh dari apa seharusnya ingin dilakukan.
"Dulu saya hanya bercita-cita jadi seorang guru. Tetapi jalan hidup saya mengarahkan saya menjadi politisi. Tentunya saya bersyukur bisa lebih belajar pada kehidupan yang lebih kompleks," ungkap alumnus Pendidikan Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah UINSA pada tahun 1997 ini.
Baca: Kuasa Hukum Sebut Dana First Travel Banyak yang Bocor
Imam yang juga ketua Umum Ikatan Alumni (Ika) UINSA ini mengungkapkan sangat bangga alumnus UINSA telah tersebar di berbagai pelosok Indonesia.
Rektor UINSA, Prof A'la berharap, melalui penganugerahan doktor HC ini bisa menjadi pemacu Uinsa dalam mencetak generasi muda dan calon pemimpin yang unggul.
Sehingga ke depan, akan lahir pemimpin-pemimpin masyarakat, bangsa, dan negara yang baik dan unggul demi menjamin terciptanya keadaban publik secara lebih baik.
"Anugerah ini diberikan pada Menpora lantaran terobosan dan inovasinya pada pengembangan karakter pemuda. Terlepas dari jabatannya, anugerah ini memang untuk tokoh masyarakat," ungkapnya.
Prof Husein Aziz, direktur Pasca Sarjana UINSA mengungkapkan Menpora dirasa layak atas Gelar Kehormatan setelah melihat komitmen untuk terus membangun kepemudaan baik dalam bidang keolahragaan, pembangunan karakter, maupun pendidikan.
Selain itu, dari sisi akademis, Tema Kepemimpinan Pemuda Berbasis Agama yang diangkat Imam baginya sangat menarik untuk diangkat sebagai kajian.
Mengingat, kepemimpinan pemuda mengacu kepada kekuatan, keilmuan, kecerdasan, militansi dan intelektual.
Sementara agama, merujuk kepada integritas dan akhlak yang mulia.
"Integrasi kedua aspek ini dibutuhkan dalam membangun peradaban bangsa. Agama tanpa keilmuan mengakibatkan melemahnya peradaban dan mendatangkan problem sosial dan ekonomi. Sedangkan keilmuan tanpa agama menimbulkan dekadensi nilai-nilai kemanusiaan," ungkapnya.