Arman mengatakan, status ST masih terperiksa, dan belum ditetapkan sebagai tersangka. Akan dilakukan pemeriksaan 1x24 jam terlebih dulu untuk menetapkan status yang bersangkutan.
"Itu yang menjual. Tapi akan kita dalami lebih jauh lagi," ujar Arman.
Baca: Kisah Wartawati Jepang Dimata-matai Pasukan ISIS di Mosul Lewat Drone
ST diduga menjual pil PCC kepada anak-anak sekolah. Tidak hanya satu, melainkan beberapa sekolah di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat ini, penyidik masih mendalami modus ST menjual PCC ke puluhan murid, hingga menyebabkan 53 diantaranya kejang-kejang, dan harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit.
"Ini kita dalami. Karena sementara para korban ini masih di rumah sakit. Dan satu di antaranya meninggal. Yang jelas asal mereka berbeda-beda, ini berarti ada di beberapa tempat kejadian," ujar Arman.
Sementara itu selain mengamankan seorang ibu rumah tangga polisi juga mengamankan dua orang apoteker dan asisten apoteker.
Barang bukti dari tersangka itu yaitu 720 butir dan 923 butir yang dibuang di belakang rumah, 988 butir di dalam lemari baju plastik, uang sebesar Rp 735.000, plastik klip sebanyak 2.800 pcs dan 8 buah toples putih bekas tempat obat warna putih.
"Total keseluruhan obat pil tersebut 2.631 butir," ujar Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Rikwanto.
Kejadian Luar Biasa
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara dan Polda Sulawesi Tenggara, membentuk tim khusus.
Tim itu bertugas mengusut pelaku pengedar obat yang menyebabkan puluhan remaja hilang kesadaran dan mengamuk.
Kasus itu juga telah naik statusnya sebagai kejadian luar biasa.
Kepala BNN Kota Kendari, Murniati mengatakan dari beberapa pasien yang dirawat di beberapa rumah, ada di antaranya memiliki kesamaan ciri-ciri fisik berupa luka di bagian tubuhnya.
Di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, kata Murni, ada tiga anak yang tidak sadarkan diri dan penuh luka di tubuhnya.
"Mirip-mirip flakka yang mereka konsumsi, di-mixed barang baru. Sudah disebarkan dan ini barang baru dua hari masuk dan mereka racik sendiri, bukan pabrik yang resmi, abal-abal. Informasi yang kami dapat anak SMP 17 cairan itu dicampur dalam minum ale-ale, sampai sekarang masih mabuk," ucap Murni.