TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Suasana di kolam dermaga Pelabuhan Tanjung Adikarto biasanya lengang tanpa aktivitas sama sekali.
Namun, selama dua hari ini, 16-17 September 2017, tempat itu mendadak ramai oleh lalu lalang perahu berwarna-warni. Apakah pelabuhan itu kini sudah beroperasi? Belumlah, rupanya.
Baca: Pemutaran Film Pengkhianatan G 30 S bagi Anak, Layakkah?
Hilir mudik kapal nelayan pencari ikan itu adalah lomba kapal hias yang jadi bagian dari Festival Among Tani Dagang Layar yang digelar Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Festival ini digelar untuk optimalisasi potensi pariwisata kemaritiman di kawasan pantai selatan.
Baca: Tahanan Tewas Diduga Disiksa Polisi Bilang Bunuh Diri
Setidaknya ada 30 perahu nelayan pencari ikan yang turut ambil bagian dalam perlombaan berhadiah jutaan rupiah tersebut. Tak hanya dari wilayah Kulonprogo saja, lomba juga diikuti oleh para nelayan dari Bantul, Gunungkidul, hingga Cilacap (Jawa Tengah).
Tampilan perahu yang cenderung berwarna-warni itu membuat pemandangan di dermaga pelabuhan cukup semarak dan mengesankan. Masing-masing peserta cukup maksimal mengerahkan daya kreasinya untuk menghias perahu mesin tempelnya. Ada yang menghias serupa kapal Pinisi, ikan paus, burung garuda, dan lainnya.
Satu di antara peserta yakni Wibowo. Nelayan asal Karang, Poncosari, Kabupaten Bantul ini menghias perahunya menyerupai burung garuda dari bahan karet dan terpal. Dana hingga Rp2 juta dihabiskannya untuk membuat hiasan tersebut dalam waktu tiga hari.
"Awalnya memang sulit tapi setelah bentuknya jadi, selanjutnya jadi mudah dirampungkan," kata Wibowo.
Hiasan burung garuda itu menurutnya menyimbolkan keberanian nelayan mengarungi samudera untuk mencari ikan. Tak hanya di satu wilayah saja, nelayan yang tangguh akan berusaha mencari ikan hingga segala penjuru laut.
"Nelayan itu bebas melanglang buana seperti burung. Kalau di satu titik tidak ada ikan, bisa nyari di tempat lain meski jauh. Dari barat ke timur dan sebaliknya." kata dia.
Pada lomba kapal hias tersebut, satu di antara poin penilaian yakni adanya perlengkapan keselamatan berlayar. Misalnya, pelampung, kompas, dayung, instrumen penunjuk arah, dan lainnya.
Bagi Kustriyanto, nelayan peserta lain, ketentuan itu tak menjadi soal. Lantaran, dirinya selalu melengkapi kapal dengan alat-alat keselamatan semacam itu. Dengan begitu, ada rasa tenang saat dirinya berlayar mencari ikan.
"Ini kapal yang setiap hari saya gunakan untuk cari ikan dan memang sudah ada alat-alat standar keselamatan," kata Kustriyanto.
Selain lomba kapal hias, Festival Among Tani Dagang Layar juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan. Di antaranya kegiatan bersih pantai, festival budaya, pameran produk olahan ikan dan hasil laut, sepeda bahari, hingga kesenian wayang semalam suntuk. (*)